Jumat, 29 Desember 2017

YANG TERKENANG PADA SAAT WORKSHOP DI PANGANDARAN

Meskipun agak mendadak pemberitahuan untuk mengikuti workshop di Pangandaran, saya memutuskan untuk ikut serta.
Pemimpin rombongan langsung oleh Kabid PPSMP Bapak  Dr. H. Hadiana Soeriaatmaja, M.Si. didampingi oleh Kasie Kurikulum Bapak Bambang Arianto, M.Pd.
Berangkat dari kantor Dinas Pendidikan sekitar pk 01.00 dinihari. Perjalanan sebelum ke pantai  Pangandaran kami menyempatkan dahulu mampir ke pantai Batu Karas sekitar pk. 06.00.Setelah mandi dan sarapan di restoran setempat, kami foto-foto.
ini sebagaian foto-fotonya.








Setelah puas berfoto di panti Batu Karas, rombongan melanjutkan perjalanan menuju pantai Pangandaran, sebelum ke hotel, kami mampir ke salah satu masjid di sekitar pantai agar peserta laki-laki dapat melaksanakan ibadah solat jumat.

Kami chek in di hotel Pantai Indah Resort, yang sangat rekomended baik untuk menginap keluarga maupun untuk kegiatan workshop seperti rombongan kami. ada taman kaktus yang cantik, halaman dalam dengan area bermain yang artistik, dua buah kolam renang sangat  leluasa untuk bermain air, taman- tamannya dipenuhi aneka patung binatang-binatang yang dapat dinaiki.
Interior wood artnya sangat artistik, seperti kursi dan meja terbuat dari kayu gelondongan yang langsung dibentuk.
Kami pun tak melewatkan kesempatan berfoto-foto di sekitar hotel. Cukup heboh tak mau kalah oleh usia muda.









Kegiatan workshop dimulai pada pukul 19.00, saat opening session,  dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Laporan dari ketua panitia, sambutan dari Kabid PPSMP sekaligus membuka acara, sessi ini ditutup dengan doa. Selanjutnya Penyampaian materi dari narasumber mengenai  "Pengembangan Sekolah  Juara Pada Pengembangan PBM SMP", pada saat itu juga dipaparkan aplikasi Sakoja, yang merupakan aplikasi baru yang memuat bahan ajar, RPP, bank soal  dan peta kompetensi siswa. Pada kesempatan itu juga hadir memberikan penguatan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Bapak Dr. H. Elih Sudiapermana, M.Pd.








Acara diakhiri dengan hiburan berupa organ tunggal selain ada penyanyi yang disewa juga para peserta menyumbangkan suara emasnya. Karena ngantuk tak tertahankan, saya memilih meninggalkan ruangan lebih dulu, menuju kamar tidur di lantai lima.

Antara sadar dan tidak,  dalam tidur saya merasa tergoyang -goyang, sejenak kemudian terjaga, baru sadar bahwa saai itu saya tengah berada di lantai lima dan kamar bergoyang.
" Innalillahi....Gempaaaa.... banguuunn!!" kami terloncat dari tempat tidur. di luar kamar sudah ramai terdengar suara teriakan takbir, bercampur dengan tangisan anak-anak.
Dalam keadaan panik, saya bersama teman sekamar keluar kamar sambil saling berpegangan.  Di lorong  hiasan dinding berjatuhan menghalangi langkah kami.
Kepanikan semakin menjadi ketika listrik pun mati. dalam keadaan gelap kami berjalan sambil merasakan goncangan dan mendengar suara dinding yang berderak-derak. Sungguh saya merasa bahwa itulah hari terakhir saya. Di tangga sudah banyak orang antri berusaha turun dengan diterangi oleh secercah cahaya dari HP yang sempat dibawa oleh para penghuni kamar.
Tangga demi tangga dilalui dalam kepanikan luar biasa, ada jerit tangis anak ada teriakan bapak yang memanggil anak-anaknya  yang mungkin terpisah saat itu.
Tiba di halaman sudah banyak orang berkumpul. semua memperlihatkan wajah panik dan khawatir. Saya teringat dengan Tsunami yang pernah menimpa pantai ini beberapa tahun lalu. Teringat itu saya hanya bisa berdoa memohon diselamatkan dari marabahaya.
Sekitar setengah jam kami menunggu di halaman, setelah diperkirakan tidak ada gempa susulan, kami diinstruksikan oleh ketua rombonga untuk naik ke kamar mengemasi barang-barang dan aka segera meninggalkan hotel malam itu juga, untuk menjaga kemungkinan terjadinya Tsunami yang sangat kami khawatirkan.
Terbayang juga kepanikan keluarga di rumah yang ternyata sudah berusaha menelepon,  tetapi tidak terjawab, karena jangankan ingat untuk ambil HP yang saat itu sedang di-charge, pakaian pun hanya yang menempel di badan, untung saja saya terbiasa tidur tanpa melepas jilbab, karena asma, sehingga leher harus selalu tertutup, selamatlah meski tergesa-gesa aurot tetap terjaga.
Setelah sebelumnya sempat kelebihan naik sampai ke lantai enam, dengan tergesa-gesa kami kemasi barang-barang sekenanya, setelah semua masuk bis, kami pun meninggalkan hotel diiringi lantunan takbir, asmaul husna dan solawat. doa tak putus dipanjatkan.
Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan selamat dari gempa, BMKG melaporkan gempa berkekuatan 6,9 skala Richter yang terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Dimanakah anda berada pada saat gema terjadi ?

Kamis, 28 Desember 2017

Ibu Terbaik Sepanjang Massa versi Alquran dan Alhadits

Sumber : http://ldii.or.id/id/nasehat/k/1383-ibu-terbaik-sepanjang-massa-versi-alquran-dan-alhadits.html

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Begitu pepatah bilang. Kasih ibu memang tak terbantahkan. Peran wanita sebagai istri, terbukti memberi efek luar biasa kepada suami. Nabi Muhammad SAW sangat mencintai Khadijah, karena mendukung total kenabian Nabi Muhammad, baik dengan jiwa dan harta benda.
Tokoh-tokoh nasional seperti Kihajar Dewantara, Dr Soetomo, dll memiliki para istri yang cakap mengurus keuangan keluarga, bahkan menjadi manajer usaha keluarga, agar idealisme para suaminya untuk perjuangan bisa terus berjalan. Berikut para ibu yang hebat versi Alquran dan Alhadits.

Masyitoh
Masyitoh mungkin bukan perempuan terkenal layaknya artis-artis dunia. Namun, Allah menyebut namanya dalam kisah Nabi Musa. Masyitoh dihukum Firaun karena mempertahankan aqidah: tak ada Tuhan selain Allah. Ia sempat gentar melihat anaknya dibunuh terlebih dahulu oleh algojo Firaun di hadapannya. Namun, Allah meyakinkan Masyitoh melalui roh bayinya, untuk menguatkan hatinya.

Yuhanin binti Lawa ibunda Nabi Musa
Ibu yang satu ini sangat menyayangi putra semata wayangnya yang merupakan calon nabi. Yuhanin saat itu melahirkan dalam teror: setiap bayi laki-laki yang dilahirkan harus dibunuh. Dan kebetulan, bayi yang dilahirkannya berjenis adalah laki-laki. Meski begitu, Yuhanin menyayangi bayi yang kemudian diberi nama Musa itu. Untuk menyelamatkan bayi Musa, maka Yuhanin menaruh Musa di dalam sebuah peti kemudian dihanyutkan ke sungai Nil.
Tanpa disangka, peti itu justru hanyut ke arah istana Firaun dan ditemukan oleh Asiyah, istri Firaun. Asiyah membawa bayi Musa ke hadapan Firaun. Bukan untuk dibunuh, namun Asiyah meminta kepada Firaun untuk mengangkat Musa menjadi anak. Atas izin Allah, Yuhanin dipertemukan kembali dengan berpura-pura menjadi ibu susuan Musa.

Hajar
Siapa yang tak kenal dengan ketabahan dan ketegaran ibu yang satu ini? Perempuan yang rela ditinggal oleh suaminya dengan seorang bayi dan bekal yang hanya sedikit. Perjuangan Hajar mencari sumber air untuk putranya yang masih bayi dengan berlari dari bukit Shofaa ke bukit Marwaa.
Tidak sia-sia, Allah justru memberi Hajar rezeki berupa sumber mata air melimpah di dekat bayinya, Ismail. Akhirnya, Hajar dan bayi Ismail terselamatkan dan dapat hidup layak dengan sumber air yang saat ini dikenal dengan nama "air zam-zam".

Ibu yang berebut bayi di zaman Nabi Daus As
Alkisah, terdapat dua orang perempuan yang mengadukan perkara merebutkan seorang bayi. Masing-masing mengakui dan bersikeras jika bayi tersebut adalah anak kandung mereka. Akhirnya, Nabi Daud AS memutuskan, agar anak tersebut dibagi dua. Kontan saja, salah satu perempuan tersebut tidak terima dan merelakan anaknya untuk diambil orang lain. Perempuan tersebut tidak rela jika anaknya harus menjadi korban. Akhirnya, Nabi Daud AS memberikan bayi tersebut kepada perempuan penyayang tadi karena perempuan tersebut adalah ibu kandung dari si bayi.

Khadijah
Khadijah sebelum kenabian Muhammad adalah pemeluk Nasrani. Dia adalah wanita mandiri dan saudagar. Tak banyak bangsawan Arab, yang tauhid sebelum kenabian Muhammad. Salah satu yang menonjol adalah Khadijah dan sepupunya Waraqah bin Naufal. Bahkan Khadijah yang melamar Muhammad, karena nasehat Waraqah bin Naufal.
Khadijah menemani Nabi Muhammad sepanjang 26 tahun. 10 tahun di masa sebelum kenabian dan 16 tahun di masa kenabian. Dia istri tunggal Nabi Muhammad yang berpisah karena ajal. Dia wanita pertama yang beriman kepada Allah SWT dalam Islam, dan menyerahkan harta bendanya untuk keperluan agama.
Putera-puteri Rasulullah SAW dari Khadijah RA sebanyak tujuh orang: tiga lelaki (kesemuanya meninggal di waktu kecil) dan empat wanita. Salah satu dari puterinya bernama Fatimah, yang dinikahkan dengan Syaidina Ali bin Abu Thalib.

Fatimah binti Muhammad
Fatimah dilahirkan beberapa saat sebelum Muhammad SAW diutus menjadi seorang Rasul. Ia mendapat gelar Albatuul, yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlak, adab, hasab dan nasab. Ia juga mendapatkan julukan Azzahra, yang cemerlang.
Fatimah adalah putri bungsu Rasulullah SAW—kakak-kakaknya adalah Ummu Kultsum, Ruqayyah dan Zainab—dan yang paling beliau cintai. Rasulullah pernah berkata tentang putri terkasihnya itu, "Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku."
Ali bin Abi Thalib menikahinya setelah Perang Uhud. Kemudian Fatimah melahirkan Hasan dan Husein, Muhsinan, Ummi Kultsum, dan Zainab.  Ali berkata, "Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu."
Ketika Rasulullah SAW menikahkan Fatimah, beliau mengirimkan seekor unta, selembar kain, bantal kulit berisi ijuk, dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas di dadanya. Walau menjadi putri nabi termulia, namun Fatimah tak memiliki seorang pelayan. Ia mengerjakan sendiri semua urusan rumah tangganya.
Fatimah aktif di belakang garis pertempuran. Saat perang Uhud, dialah wanita yang merawat langsung Nabi Muhammad di dekat garis pertempuran. Juga membantu para prajurit muslim yang terluka dan memberi mereka minum.
Fatimah Az-Zahra wafat sekitar 15 bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW. Ia telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW.