Sabtu, 09 April 2016

KIGO ADALAH SEBUAH KEPASTIAN WAKTU PUN MUSIM.

Masih soal KIGO.
Oleh : Romo Ro Wl Ma.
Sesuai permintaan beberapa sahabat Haiku, agar ulasan yang saya buat untuk Mas Agus Salim dalam Ngobrol Haiku Senior sabtu, 27 Maret agar di posting ulang sebagai salah satu lapak tersendiri di Group Haikuku. Maka setelah saya perbaiki redaksinya disana - sini. Saya sajikan kembali menjaid suatu artikel kecil sebagai pembelajaran bersama.
Selamat malam bertemu kembali para sahabat dan Handaitaulanku, semoga di saat anda membaca artikel kecil ini, semua bergembira bersama keluarga.
Satu pertanya penting dari Mas Agus dan juga pertanyaan Haikuis lainnya ialah, Apa Kepastian sebuah Kigo atau dalam pengertian saya Bahwa KIGO itu MUSTI PASTI.
Dalam diskusi-diskusi soal Kigo dari tahun lalu, banyak member yang bertanya; menegaskan; bahkan sampai 'mempertahankan' pendapatnya bahwa apa yang dia maksud Kigo itu adalah Kigo.
Dalam postingan saya pada Hari Selasa, 22 Maret kemaren, saya menegaskan bahwa KIGO itu musti dapat di terima secara umum oleh para penyair Haiku, jadi bukan sebuah karangan sendiri.
Benar bahwa membuat Haiku itu merupakan karangan, yaitu, mengarang cerita atau kisah atau kejadian berdasar apa yang terlihat, di rasakan, mengenai keadaan atau situasi sekeliling dalam bentuk Haiku. Cerita atau kisah yang di karang hanya 3 baris dan 17 suku kata itu. Yaitu sebuah karangan yang di buat dalam BENTANGAN WAKTU (MUSIM) atau BENTANGAN MASA. Waktu atau Musim adalah nyawa sebuah Haiku, oleh sebab itu, Harus pasti!
Misalnya, penyataaan 'Hutan terbakar'..pertanyaan KIGO untuk Hutan terbakar itu kapan? Malam, sore, siang, pagi, apakah di musim kering, atau musim semi? Pada hari apa atau bulan apa?
Mari teliti atau simak Haiku di bawah ini :
Hutan terbakar
Asap mengepul sesak
Semua gelap.
Dapatkah kita menemukan KIGOnya? Adakah KIGO dalam Haiku ini?
Secara universal mungkin ada, sebab, kejadian itu ada dalam bentangan waktu atau Bentangan Masa. Bukankah Puisi non Haiku juga di tulis dalam BENTANGAN WAKTU (MUSIM)?.
Jika demikian, apa beda Haiku dan Puisi pendek, jika Kigo hanya di lihat sesederhana itu? Tidak ada bedanya bukan?
Nachh...selain Persoalan KIGO dalam Haiku di atas tidak pasti, ia juga menimbulkan multi tafsir.
Bandingkan dengan Haiku ini :
Hutan terbakar
Asap mengepul sesak
Agustus gelap
Sangat jelas Kigonya.
Sementara itu pada sisi lain, Bentangan waktu (musim) oleh manusia di bagi dalam penyebutan-penyebutan agar memiliki kepastian waktu terjadinya sesuatu itu. Penyebutan-penyebutan itu pun di bagi lagi menjadi waktu yang pendek, dari tahun ke bulan ke minggu ke hari ke malam ke sore ke pagi ke siang ke jam ke menit ke detik. Semua ini di butuhkan oleh manusia untuk mendapatkan suatu kepastian sebagai tanda waktu bahkan di perkaya dengan menandai atau kekususan pada waktu itu.
Semua pembagian, penyebutan, tanda atau cirikhas (kusus) itu untuk memberikan kepastian waktu terjadinya sesuatu. Baik dalam bentuk angka : tahun 2012, 12 maret, atau 17 agustus 1945, pun sebuah peristiwa. Misalnya, gunung Krakatau meletus, Tsunami di Aceh,dst.
Demikian pula Kigo dalam Haiku musti menunjukan waktu yang pasti. Termasuk pertanda yang menyertai ketika sesuatu terjadi.
Tanpa kepastian KIGO demikian, maka yang di maksud Haiku itu, adalah puisi pendek biasa. Disinilah, Beda antara Puisi biasa dan yang di sebut HAIKU itu.
Yang kedua, Bahwa KIGO di samping sesuatu yang pasti sebagai pertanda waktu, juga pasti dalam sebaran kejadian pada waktu-waktu itu.
Misalnya :
1. Pada waktu malam, apa yang terjadi?
Ada kelelawar, ada kunang-kunang, bintang yang tersembunyi nampak jelas berkelipan, burung pungguk berburu, jangkerik berbunyi, ada rembulan dan cahayanya, Manusia berbaring, lampu menyala, dst.
2. Pada waktu subuh apa yang terjadi?
Ayam jantan berkokok, embun menguap atau mencair, Matahari muncul di timur, kelelawar pulang ke sarang, bintang-bintang mulai menghilang di langit, dst.
3. Pada waktu siang, apa yang terjadi?
Matahari terik, langit biru, awan nampak jelas, burung-burung beterbangan, petani bekerja di sawah, menanam, panen, kerbau makan rumput, dst.
4. Pada waktu sore apa yang terjadi?
silahkan tambah sendiri, dst.
nach semua itu musti pasti, dan kejadian itu berulang-ulang, bukan temporal atau sewaktu-waktu.
Apa lagi yang di maksud dengan KIGO yang Pasti?
Misalnya, hujan. Hujan itu terjadi juga dalam bentangan waktu. Jadi tidak cukup hanya hujan. Musti ada pertanda waktunya, Seperti hujan sore, hujan malam, hujan pagi, hujan siang, dst.
Demikian juga, misalnya, makan,- minum. Makan - minum itu terjadi dalam bentangan waktu. Tetapi 'makan - minum' tidak bisa di jadikan kigo, karena harus pasti, makan pada waktu apa? Makan di pagi? Siang, Malam?
Apa lagi ya? Oh ya sebaran kejadian pada musim.
Misalnya, Musim Salju,..air membeku, pohon-pohon kaku, bunga-bunga pun tak berkembang, manusia memakai baju hangat. Anak-orang berseluncur di pegunungan, dst.
Musim Semi,...bekuan es pelahan mencair, bunga-bunga mulai berkembang, katak yang selama ini sembunyi keluar, musim kawin untuk hewan, dst.
Musim Kering, pohon kerontang, semak-semak berubah warna, sungai kering, telaga kering, daun berguguran, dst.
Bukankah semua itu hal yang pasti?
Jadi KIGO itu pertanda waktu yang pasti....tanpa kepastian seperti itu, maka sebuah tulisan meskipun persis struktur penulisan Haiku, ia tetap merupakan Puisi biasa.
Nah...semoga artikel pendek ini bermanfaat.
Salam dan doa rahayu.

sumber : Posting Romo RoWiMa di Facebook 2 Maret 2016