Selasa, 07 September 2010

PROFESIONALISME ALA CHRISYE (ALM)

Catatan: Pak Riri, Terimakasih atas izin Copy pastenya, semoga bermanfaat untuk kita semua.

PROFESIONALISME ALA CHRISYE (ALM)

(Tulisan ini saya buat tahun 2007 sebagai apreasiasi terhadap Chrisye (alm) atas prinsip profesionalisme yang ditunjukkan dalam profesinya, dan prinsip itu di-share kepada kita semua melalui sebuah buku)
Salah satu kesukaan saya adalah membaca buku biografi atau autobiografi orang-orang yang terkenal. Menurut saya, selalu ada saja pelajaran atau lessons learned yang bisa dipetik dari pengalaman hidup mereka, setidaknya dari apa yang dituliskan di buku itu.
Nah, salah satu buku yang biografi yang menarik adalah “Chrisye : Sebuah Memoar Musikal” yang ditulis oleh Alberthiene Endah. Mengapa menarik ? Karena buku ini tidak hanya berkisah mengenai sang legenda musik Indonesia, Chrisye, melainkan juga berisikan berbagai hikmah atau lessons learned yang diungkapkan oleh (alm) Chrisye berkaitan dengan perjalanan hidupnya sebagai penyanyi atau musisi. Hampir semua himah atau lessons learnedyang disampaikan (alm) Chrisye relevan dengan berbagai teori atau konsep manajemen yang lazim dipergunakan dalam bisnis.
Petikan dari buku tersebut, “Berpuluh tahun saya menjalani profesi penyanyi, saya akhirnya menyadari bahwa pencapaian terbesar saya adalah bahwa saya bisa terus berjalan dalam proses. Saya bisa setia pada musik. Saya bisa banyak menggenggam nilai kehidupan berkat musik. Dan saya sangat bahagia jika bisa membagikan pengalaman buat siapapun yang ingin bertahan dalam profesi yang dicintai ! ..(halaman 325) “.
Saya merangkum dari buku tersebut, setidaknya ada 6 pelajaran yang menarik, berkaitan dengan kesuksesan berkarir, yang juga lazim dibahas dalam dunia manajemen.

LESSON 1 : JADILAH DIRI SENDIRI
LESSON 2 : KREATIVITAS, DIUNDANG, TAPI JANGAN DIPAKSA !
LESSON 3 : MEMILIH PARTNER, JANGAN ASAL COMOT !
LESSON 4 : JANGAN RESAH DENGAN PERSAINGAN (KOMPETISI)
LESSON 5 : CIPTAKAN SESUATU YANG BARU (VALUE INNOVATION)
LESSON 6 : JANGAN LUPAKAN SPIRITUALITAS
Mari kita tinjau satu persatu.
LESSON 1 : JADILAH DIRI SENDIRI
Petikan buku, “Berbahagialah seorang penyanyi bisa mendapatkan produser yang sangat menghargai warna uniknya. Tidak mendikte, tidak menjadikannya boneka, tidak membuatnya menjadi orang lain …. Mungkin di awal, sukses belum datang. Tapi jangan putus asa. Karena pada sebagian orang, sukses akan berjalan seiring dengan kematangan. Jangan selalu berpikir bahwa sukses hanya ditandai oleh kehadiran awal yang menggebrak …(halaman 326) …. terus terang, saya lebih suka menjadi diri sendiri. Termasuk cara bergaul saya. Kalaupun saya harus tampil impresif, itu adalah untuk menyampaikan musik. Ada satu hal lagi yang membuat saya agak enggan berada di tengah pergaulan selebriti. Saya mencium gelagat sifat yang artifisial di sana … (halaman 328) ..“.
Berbagai buku yang memberikan motivasi selaku menggaris bawahi ini, yaitu (1) jadilah diri sendiri alias percaya diri yang tinggi, serta (2) sukses adalah sebuah proses, success is a journey, bukan lahir dari suatu strategi yang instan. Sejalan dengan ini, bisa dibaca pula buku tulisan Susan Long, “Difference Makers : Stories of Those Who Dared”, diterbitkan tahun 2005.
LESSON 2 : KREATIVITAS, DIUNDANG, TAPI JANGAN DIPAKSA !
Petikan buku, “Banyak yang bertanya, dari mana datangnya ilham mencipta lagu ? Dan bagaimana proses kreatif saya ? Mungkin saya berbeda dengan banyak seniman musik dengan bekal pendidikan musik formal. Saya murni hanya mengerahkan rasa untuk berkarya, dan tentu sedikit kemahiran bermain piano karena mengerjakan melodi paling enak menggunakan piano … Lakukanlah cara yang paling klop dengan diri Anda. Percayalah, banyak orang-orang besar di jagad ini membuat karya besar dari proses yang sangat sederhana …(halaman 327) “.
Edward de Bono pernah menulis buku yang berjudul “Simplicity”, diterbitkan tahun 1998, lalu buku yang lebih scientific ditulis oleh Michael L. George dan Stephen Wilson, berjudul “Conquering Complexity in Your Business” diterbitkan tahun 2004. Intinya adalah, value yang terbaik, sangat mungkin dihasilkan oleh proses kerja yang sederhana, bahkan kalau perlu semua proses kita buat sederhana dengan perbaikan berkelanjutan atau continuous improvements alias kaizen.
LESSON 3 : MEMILIH PARTNER, JANGAN ASAL COMOT !
Petikan buku, “Satu hal yang paling saya pertimbangkan setelah menetapkan niat memulai album baru adalah menentukan arranger alias penata musik. Lagu bagus, suara oke, tapi kalau penata musiknya tidak bisa mengangkat, sebuah album seperti tak punya darah …. Satu hal lagi yang perlu dimiliki dalam proses kerja sama adalah keikhlasan untuk menerima kritik dan saran. Saya tidak pernah tersinggung jika diatur oleh musisi yang usianya jauh lebih muda. Namun, tentu saja, semua dilakukan dalam cara berkomunikasi yang saling menghargai. Jika ketemu, tidak ada salahnya mempertahankan kerja sama itu sampai beberapa album atau proyek musik. Tetapi selalu kritis dengan perkembangan zaman agar kita tahu kapan saatnya untuk berganti partner. Jangan salah, partner kita pun memerlukan pindah ke penyanyi lain agar ia bisa berkembang …(halaman 326) “.
Pada bagian ini, Chrisye berkisah mengenai konsep partnership atau bermitra dalam bisnis. Dalam manajemen stratejik, kita mengenal istilah strategic partnership untuk mencapai sukses. Bagaimana definisinya ? Ya, kira-kira sama dengan apa yang disampaikan Chrisye di atas.
LESSON 4 : JANGAN RESAH DENGAN PERSAINGAN (KOMPETISI)
Petikan buku, “Persaingan adalah sesuatu yang positif jika itu dijadikan pemicu untuk melakukan yang terbaik. Tapi hati-hati, kadang itu menjadi polusi untuk kemurnian berpikir. Persaingan cukup dijadikan cambuk untuk berkarya, tapi jangan jadi bensin dalam bekerja. Percayalah, perasaan bersaing yang membabi-buta berpotensi merusak ide, imajinasi, bahkan juga konsentrasi …(halaman 330) “.
Berbagai teori mengenai persaingan mengatakan bahwa efisiensi atau penciptaan value yang hebat umumnya terjadi akibat kompetisi yang sehat. Jadi kompetisi adalah pemicu untuk greatvalue creation. Kelihatannya Chrisye sangat memahami ini …
LESSON 5 : CIPTAKAN SESUATU YANG BARU (VALUE INNOVATION)
Petikan buku, “Buat saya, sebuah album haruslah digarap serius. Satu hal yang selalu saya pikirkan adalah membuat sesuatu yang baru di dalam setiap album. Jangan sampai terjadi pengulangan. Mempertahankan ciri khas boleh-boleh saja, tetapi bukan berarti menjadi stuck dan jalan di tempat. Inovasi bisa dilakukan lewat berbagai hal, kreativitas musik, pemilihan lagu, mengemas performa, yang penting jaga kekhasan vokal dan gaya menyanyi. Dua hal itu jangan sampai berubah. Karena begitu ia berubah, anda kehilangan identitas …(halaman 325) “.
Konsep blue ocean strategy didasari oleh value innovation model yang juga dikembangkan oleh Kim Chan dan Maugborne. Persainganlah yang akhirnya membuat orang jadi berinovasi dan berkreasi, sehingga membentuk samudera biru sendiri. Apa yang disampaikan Chrisye seperti kreativitas musik, pemilihan lagu, serta mengemas performa, adalah strategy canvas dalam konsep blue ocean strategy.
Chrisye juga terlihat sangat memahami (walaupun mungkin tidak pernah belajar khusus) konsep built to last dari Jim Collins dan Jerry Porras. Inovasi boleh berubah, tetapi jagalah core value, yaitu kekhasan vokal dan gaya menyanyi. Jika Jim Collins dan Jerry Porras melakukan riset terhadap perusahaan-perusahaan yang sanggup bertahan lama, dan terdapat ciri khas ini, maka mungkin ciri khas ini pulalah yang membawa Chrisye masih tetap eksis di dunia musik Indonesia sampai sekarang …
LESSON 6 : JANGAN LUPAKAN SPIRITUALITAS
Petikan buku, “Buat saya, spiritualitas memberikan lebih dari sekedar memiliki agama, karena spiritualitas memberikan rasa aman, tenteram, dan jalan. Saya merasakan hidup dan karir saya bergulir pada tujuan yang jelas berkat pendalaman spiritualitas yang saya jalani …(halaman 334)
“.
Konsep spiritualitas dalam manajemen memang mulai mendapatkan tempat, karena mulai diyakini berkaitan dengan motivasi dan kinerja, baik pada tingkat individu sampai dengan organisasi. Berbagai konsep pun bermunculan, dan konsep SQ (spiritual quotient) pertama kali diperkenalkan oleh Ian Marshall dan Danah Zohar, dan mendapat sambutan dari kalangan pebisnis.
Jadi, kita bisa belajar dari buku apapun, dan dari siapa pun, tidak selalu dari buku teks yang rumit dan jelimet, dan tidak selalu dari pakar atau profesor ternama … kita bisa belajar dari siapa saja kan ? …
Salam
Riri Satria

    1. September 7, 2010 pukul 5:48 am | #1
      Ass. wr. wb.
      betul sekali Pak, sumber belajar memang sangat luas dan tak terbatas… yang penting niat kita untuk selalu mengambil ibrah dari setiap peristiwa apapun bentuknya…
      wah betul2 karunia saya bisa berkenalan dengan Bapak. mohon izin untuk copy paste di blog saya Pak, bolehkah?

      • September 7, 2010 pukul 11:37 am | #2
        terima kasih atas apresiasinya Bu Teti .. silakan saja … tentu dengan menyebutkan sumbernya .. mudah2an bermanfaat .. salam sukses selalu ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar