Rabu, 12 Oktober 2011

OMBAK DAN SAMUDERA (Bagian ke -2 )



2. PERKENALAN

Bali
Selepas  masa pensiun dari sebuah maskapai penerbangan.  I Gusti Nyoman Bagus Eddy merintis  BE Event Organizer, bersama dengan keluarga besarnya.  Bangunan bercat  putih yang berdiri dengan anggun menghadap Danau Beratan di Desa Bedugul, adalah kantor BE Event Organizer,sebuah perusahaan yang membidik pasar turis dari Eropa. Disampingnya sebuah mini market yang dikelola oleh adiknya. Berjarak  sekitar lima belas menit dari rumah keluarga besarnya. Pagi yang cerah dengan udara yang  sejuk dan pemandangan indah sepanjang perjalanan, sungguh karunia alam yang tak terhingga, semua tertata rapi menjadi obyek wisata yang dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanagara.
Bedugul sebuah desa di tepi jalan raya Denpasar ke Singaraja di kabupaten Tabanan. Bedugul juga merupakan salah satu obyek wisata ditengah-tengah pulau Bali.
Didaerah ini ada tiga buah danau, yang terbesar Danau Beratan yang terkenal, selain itu ada danau Tamblingan dan  Danau Buyan yang lebih kecil, letaknya  tidak jauh dari danau Beratan.
Ditepi danau Beratan juga ada Pura Ulun Danu yang banyak menjadi foto-foto  di postcard atau foto-foto wisata Bali.
Sedangkan   Danau Buyan dan DanauTamblingan terkenal sebagai tempat camping  dan sekarang sedang dikembangkan menjadi obyek wisata.
Di dekat danau Beratan ada juga kebun Raya dan   banyak kebun strawbery terhapar dengan cantiknya, mengundang wisatawan untuk mampir dan memetik buah-buah strawberry yang ranum. Di sini juga terkenal  sebagai pusat sayur-sayuran di Bali.
Nyoman Bagus menatap layar laptopnya seakan tak percaya ketika membaca email yang  baru diterimanya.
“Hai, senang berkenalan denganmu, saya belum pernah ke Bali, so, ceritalah tentang Bali” Tulis Astuti dalam emailnya.
Ada kebahagiaan membuncah di dadanya,  entah mengapa, pesona wanita ini begitu besar di dalam dirinya. Padahal setiap hari Nyoman bertemu dengan berbagai wanita, diantaranya  yang diperkenalkan keluarga besarnya yang rata-rata cantik, tetapi dia bergeming, tetapi wanita satu ini, yang baru dia kenal lewat fotonya saja begitu mengguncangkan hatinya. Kemiripan wanita itu dengan istrinyakah? Dia tidak dapat menjabarkan perasaannya, yang dia tahu bahwa begitu melihatnya ada getaran aneh yang tak sanggup diterjemahkan dalam kata-kata.  

Sore demikian indah, langit demikian cerah, semburat lembayung senja menyebarkan jingga, jingga yang merona, yang membuat setiap wajah yang ada dibawah bayangannya ikut merona, sayup sayup terdengar bunyi tetabuhan gamelan  Tradisional Bleganjur telah mengumandang dengan indahnya, delapan orang gadis cantik yang akan menjadi  pengiring pengantin telah siap menyajikan keindahan Tari Cendrawasih. Megayot (tandu)  telah siap mengarak sang pengantin. Sepasang mempelai dengan gemulai keluar dari  ruang rias, untuk diarak menuju balai-balai di pura keluarga besar, diiringi gemulai para penari, mereka adalah sepasang pengantin dari Spanyol, yang merayakan honeymoonnya di Bali dan dipestakan dengan adat Bali, melalui BE Event Organizer yang dikelolanya.
Acara selesai sekitar pukul sebelas malam, para tamu merasa senang dan pengantin pun merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Nyoman Bagus mengantar kedua mempelai sampai ke dekat Danau Beratan, Nyoman kembali ke kantornya, duduk didepan laptop dan mulai membuka-buka email yang masuk.
Email dari Astuti berisi lampiran foto-foto bersama keluarganya, ada foto keluarga dengan pakaian seragam, yang laki laki mengenakan batik dan wanita mengenakan batik yang sama dengan kemeja laki-laki, tetapi berkebaya hijau muda, nampak Astuti duduk di deretan depan, tersenyum dengan anggunnya. Cantik sekali, dan pancaran matanya terlihat bahagia.
Kemudian ada foto Astuti berdua dengan suaminya, mereka terlihat sangat serasi, dan mesra. Ada yang berdesir di hatinya, tanpa kuasa ditahan. Matanya menatap lekat ke wajah wanita yang berdiri agak menyandar ke bahu suaminya. Benar-benar cantik, sementara suaminya menatapnya penuh cinta. Dari fotonya tergambar jelas mereka adalah pasangan yang berbahagia. Ada  desiran  lembut menggetarkan hatinya dan tak kuasa ditepisnya.


Bandung
“ Bli, haus sekali, barusan mengisi pesantren Ramadan.” Tulis Astuti siang itu
“ Sabar cantik, itu godaan, kan sedang puasa. Semoga puasamu mendapat berkah Allah SWT.” Balas Nyoman Bagus segera setelah membaca email dari Astuti
“Bli, lagi On line ya?” tulis Astuti  lagi
“ ya Cantik” jawabnya.
“Mana Bli koq nggak bisa?” Astuti kembali menulis
“di YM cantik..”Balas Bagus, Astuti mencoba masuk ke Yahoo Messenger  tetapi gagal.
“Bli susah, coba pindah ke email aja deh, YMnya belum bener downloadnya kali”
“Baik cantik,” dan muncullah icon Bagus di email page Astuti
“Helo, tok..tok..tok…..dari mana masuknya nich..” canda Astuti
“Silakan masuk cantik” seloroh Bagus. “How are you......miss to talk Cantik”
“Emang chatting dari email page bisa didengar gitu Bli?
“ Ya enggak..dong… talk lewat HP lah.... ha ha ha”
“Kirain bisa .. tuh kan saya gaptek ya”
“Nggak lah, saya juga gaptek koq”
“Bli, teman Bli yang di Tubely cantik cantik ya” Astuti memang pernah membuka profil Nyoman Bagus di jejaring sosial itu, dan memang rata-rata wanita yang jadi teman sahabatnya itu cantik-cantik.
“Nggak tahu nggak pernah kontak lagi and nggak pernah buka-buka tubely lagi”
“Cantik..bolehkan minta no Hpnya”
“Kenapa? Perlu banget ya?”
“Iya dong Cantik”
“ Baiklah Bli, kalau itu membuatmu lebih  baik ” lalu diketiknya no Hpnya.
“ Terimakasih,  Cantik”
“Bli kenapa sih selalu panggil saya Cantik? Saya kan sudah tua”
“ Ya memang kamu cantik, masa harus di bilang jelek, saya juga sudah tua koq”. 
“Bli cerita dong tentang keluargamu, tentang Istrimu” pinta Astuti
“ Saya punya satu anak, Bonny namanya dia kuliah di UNIKA Atmajaya semester tujuh, istri saya meninggal 19 tahun yang lalu.” Astuti terhenyak
“Oh sorry, sakit apa Bli”
“cancer rahim, lama juga sakitnya, saya nggak bisa memberikan yang terbaik untuknya. Saya nggak punya uang saat itu, sehingga nggak bisa membawanya berobat ke luar negeri” Tiba-tiba keharuan menyergap Astuti, ada penyesalan karena merasa telah membangkitkan kenangan pahit untuk sahabatnya.
“ sudah takdirnya ya Bli” tulisnya
“ ya dan itu sudah lama berlalu” balas Nyoman Bagus.
“Bu Astuti sekarang mengisi di masjid ya Bu” pak Damdam tiba-tiba sudah masuk di ruang BK
“ya Pak” jawab Astuti, dia segera kembali ke arah monitor.
“Bli maaf udahan dulu ya, barusan dah di susulin, dah waktunya masuk kelas, mengisi lagi pesantren Ramadan”
“Ok, bu ustadzah, nice to chat with you, bye’
“Bye Bli.. have a great day” bergegas Astuti mematikan komputer, kemudian keluar menuju mesjid Al-Hidayah, tempat anak laki-laki mengikuti pesantren Ramadhan.

 
Selesai berbuka puasa Astuti dan keluarganya berkumpul di musola menunggu azan Isya, untuk solat Isa dan  solat tarawih berjamaah.
“ Ini Bu ada yang miss call ke HP Ibu, dari ‘tanpa nama’ ” Indah mengangsurkan HP ke arahnya
Dilihatnya Hpnya dan ternyata Nyoman Bagus yang miss call, dia ingat tadi Nyoman Bagus sempat sms dan nomornya di save dengan nama “tanpa nama”
“ Bapak, hati – hati tuh, ke Ibu mulai banyak penggemar tuh” canda Indah
“ Ih Bapak nggak cemburu Pak? Indri putrinya yang lain  menimpali, sementara itu Mujiyono hanya tersenyum.
“ Udah Mr  Hilman yang nge-fans sama Ibu, sekarang tanpa nama lagi” lanjut Indri.
“ Bapak nggak apa-apa kan Ibu banyak teman ya Pak?” Astuti bertanya kepada suaminya.
“ Lagian kan Mr Hilman tuh buat memperlancar Bahasa Inggris Ibu, hitung-hitung kursus gratis lah” sambungnya, memang Mr Hilman sengaja dimintanya untuk tetap berhubungan baik melalui sms maupun telepon, setelah English Club yang dibentuknya di kampus tidak lagi efektif karena sering bentrok jadwal dengan kuliah tambahan dari dosen yang merasa kurang jumlah pertemuannya.
“ Iya Bapak dukung koq, yang penting Ibu kuliahnya cepet selesai” Mujiyono menjawab.
Azan Isya pun bergema, keluarga itu pun melaksanakan solat Isya dilanjutkan dengan solat tarawih berjamaah.

Bali,

“Bli... Please don't call me before asked for, Understand me, best regard “ Bagus membaca email yang dikirim Astuti pagi itu. Ya, entah mengapa tadi malam Bagus merasa begitu gundah, sepulang mengantar tamu yang dinner di desanya, Bagus tidak langsung pulang melainkan masuk ke ruang kerjaya, di sana dia lama mematung, menerawang ke masa-masa bahagianya dengan Ayu Tirta, dipandangnya foto yang tergantung di dinding di depan meja kerjanya, kegelisahan tiba tiba menyeruak, melawan resah yang kian membuncah Bagus membuka-buka nomor phonebook di Hpnya, dan ketika nama Astuti muncul tanpa disadarinya dia memencet nomornya.
“Dear Astuti.Ok... saya ngak akan telepon sebelum menanyakan padamu....saya sangat mengerti perasaan dan situasi di sekelilingmu ..Tanya  ya apa boleh pakai sms? Please advice me ... how I should ask you... “ balas Nyoman
”By email of course Bli... like now.Thanks for understand me ... I think you are the one I need ... Heartily n honesty ... may Allah bless our friendship ..” balas Astuti
“By email .. so unable to send you sms ... ya? I should understand my friend situation .. cause I won’t break your relationship... for sure...Because I care of you. The problem is, I only may check an email from my laptop.... it is not possible for me to check an email on my mobile phone... I dont have Blackberry. But .. its ok....I will do it ... as your guidance” tulis Nyoman
“Bli ... Hp sy hanya samsung biasa no Blackberry.  asal ada fasilitas internet, it’s enough” tulis Astuti
 
Bandung,
Mobil Taruna CL abu tua yang dikemudikan Astuti melaju kencang, meski baru pk. 9 pagi, matahari telah terasa menyengat. Panas di dalam ruangan teredam oleh hembusan AC yang sengaja di setel maksimal. Suara penyiar di radio kesayangannya terdengar merdu, kemudian lagu-lagu jazzy dari Ermy Kulit melantun dengan lembutnya.
Mobil melaju terus menembus padatnya lalu lintas melewati jalan Supratman menuju Kampus di jalan Taman Sari. Setelah memarkir mobil di depan masjid, Astuti bergegas turun.
“Siang geuning Bu?” Mang Asep Petugas parkir menyapanya
“ Muhun Mang, rapat heula puguh tadi teh, titip nya mang” Astuti menjawab sambil mengambil tas laptop kemudian disandang di bahunya.
“Mangga Bu ” Mang Asep mengangguk hormat, petugas parkir yang sopan dan baik hati. Astuti ingat suatu hari pernah dipinjami uang gara-gara dia lupa membawa dompetnya, padahal bensinnya nyaris habis. Uang lima puluh ribu yang besoknya langsung diganti, dan sebagai tanda terima kasih Astuti menambahnya dua puluh ribu. Tentu saja Mang Asep menolaknya, tetapi Astuti memaksa hingga akhirnya Mang Asep mau juga menerima.
Astuti menaiki tangga menuju ruang MM di lantai dua, nafasnya terengah-engah.
“Assalamu alaikum, maaf  Prof. Saya terlambat” Astuti mengangguk hormat
“Wa alaikum salam, nah sesuai kesepakatan kita, yang terlambat harus dihukum” Profesor yang satu ini memang menginginkan agar mahasiswanya tidak ada yang terlambat.
“ Silahkan ibu menyanyi” sambungnya
“ Aduh maaf Prof saya tidak bisa bernyanyi” Astuti mencoba mengelak
“ Joged aja kalau begitu, bagaimana? Prof. Indra mendesak
“ Itu juga ngga bisa, bagaimana kalau saya mengaji saja?” Astuti menawar
“ Ya silakan” dan Astuti pun melantunkan ayat demi ayat dari surat Shoff ayat 10 sampai 12 dan dilanjutkan dengan maknanya sekalian.
Kelas  hening selama Astuti membacakan ayat-ayat, dan menyimak makna yang disampaikan
“ Ya terima kasih, semoga yang baik membaca maupun yang mendengar mendapat rahmat Allah SWT” Prof. Indra mempersilakan Astuti untuk duduk, kuliah pun berlanjut.
“Bu Astuti, kenapa terlambat?” Endah berbisik di belakangnya
“Rapat dulu” balasnya.

Kuliah hari itu berakhir pukul 18.00, di luar sudah temaram. Astuti memacu mobilnya di jalan Martadinata yang mulai ramai oleh pendatang-pendatang, dilihat dari plat mobilnya kebanyakan datang dari Jakarta. Memang setiap akhir pekan Bandung penuh sesak dengan orang-orang yang ingin menghabiskan uang dan week endnya. Tentu ini menimbulkan berbagai efek maupun manfaat, tergantung dari kacamata mana memandangnya.
“Ini fenomena, dan ingat fenomena itu sifatnya netral” Ucapan Prof. Ruswan yang mengajar Metode Penelitian terngiang kembali, “tetapi masalah itu relatif, fenomena yang jadi masalah oleh kita, mungkin malah jadi peluang bagi pihak lain” ya benar batin Astuti, seperti fenomena akhir pekan di kota yang dicintainya ini, dengan adanya para pendatang itu bagi satu pihak mungkin masalah, yang jelas kemacetan tak bisa terhindarkan, masalah perparkiran, masalah keamanan, tapi tak sedikit keadaan itu menjadikan peluang usaha bagi baik bagi ratusan pedagang asong, bahkan bagi pengusaha berduit, lihat saja factory outlet yang kian marak bermunculan di berbagai pelosok Bandung, kawasan Martadinata, yang dulu merupakan kawasan militer, sekarang menjadi kawasan perdagangan, dengan banyaknya  factory outlet yang menjadi tujuan dari para pendatang, selain ke daerah Cihampelas, atau Setiabudhi, yang sudah menjadi kawasan perdagangan tingkat elit.
“Kakak bahasa Balinya “Bli”, O jadi Mbak Astuti ini mendapatkan orang Jawa Tengah ya, nggak jauh-jauh amat lah kalau kamu mudik kesana tiap lebaran, Senang mendengar kegiatanmu sehari-hari, mencerminkan keluarga yang berbahagia, ketahuilah tak semua orang bisa sebahagia dirimu, dan tentang kamu nggak mau memberi no HP itu tidak masalah koq, kita bersahabat lewat dunia maya begini cukup koq, dan saya mengerti, saya sangat menghargai persahabatan yang tulus, ” tulis Nyoman Bagus pada awal perkenalan mereka. Astuti menghela nafas.
Sejak Nyoman Bagus, menjadi sahabat emailnya, Astuti merasa begitu dekat, merasa ada yang melengkapi hidupnya. Suami yang sabar dan penuh kasih, anak-anak yang soleh, dan sekarang punya sahabat baru, entah mengapa diantara persahabatan yang terjalin lewat jejaring sosial dan berlanjut dengan email-email atau chatting, hanya dengan Nyoman Bagus Astuti merasa nyaman.
“Apa makna sahabat menurut Bli... ?” tulisnya suatu ketika.
“Bagi saya ... sahabat bisa lebih dari saudara ... atau minimal bisa seperti saudara sendiri. Kita bisa saling berbagi dalam suka dan duka ... juga saling cares... saling sayang....saling  bisa mengetahui dan terbuka satu dengan lainnya .. sehingga beban yang ada pada kita bisa kita mintakan pendapat atau solusi kepada sahabat.
Kadang kepada saudara atau orang terdekat kita kita gak bisa membicarakan suatu masalah... tapi kepada sahabat kita bisa lebih terbuka and bisa membicarakan semua masalah. Itu menurut pendapat saya ”  Balas Nyoman Bagus

” Tapi yang terjadi adalah,  karena menganggap saya sahabatnya, mereka datang pada saya dengan curhat-curhatnya, dan saya dengarkan sepenuh hati, tapi ketika aku perlu untuk berbagi, saya tak menemukannya pada mereka Bli...” balas Astuti
“ kalau itu sahabat egois namanya..., kalau saya akan siap kapan pun sahabat saya datang untuk berbagi, mendukungnya, dan selalu ada untuknya, dan entah kenapa saya sering teringat dirimu, ada rasa kangen di hati ini” Nyoman Bagus menulis.
“Mereka nggak salah Bli... Karena saya lah yang nggak bisa berbagi dengan mereka... Selalu ada keraguan untuk berbagi dengan mereka... Kalo gini saya dong yang egois... Apa? Sering kangen dan inget saya? Waduh hati-hati Bli ... Saya kuatir kalo Bli akan mengubah warna persahabatan kita.. Jangan sampai terjadi.. Bli harus netral ..” jawab Astuti dengan perasaan  yang jadi galau,” senangkah dirinya dirindukan orang lain selain suaminya?, “akh tidak itu tak boleh terjadi” batinnya.
“Ya ya ... kalau memang Astuti nggak bisa berbagi dengan mereka ya nggak apa-apa .. termasuk mungkin dengan saya ...ya kan nggak semuanya  bisa berbagi.... ada hal-hal privacy yang memang nggak boleh orang lain tahu, Ya... saya suka aja ngobrol denganmu ... tapi saya juga nggak mau mengganggumu .. dan saya berusaha tidak mengubah warna persahabatan ini ... Saya akan netral .... dan menjunjung tinggi persabahabatan” balasnya
“Thanks Bli ... saya kuatir banget kalo persahabatan ini berubah warna...setelah saya baru mulai terbuka untuk berbagi Bli  ... Biarlah saya jadi telaga buat mereka...saya nggak khawatir jika suatu saat telaga ini jadi gelombang pasang karena saya punya samudera yang akan meredakannya... Samudera itu adalah kau ..Bli...” balas Astuti
“Saya...akan jaga koq ... dan samudra-mu ini .. selalu siap mendampingi dan berbagi denganmu... saya juga akan jaga agar persahabatan kita nggak berubah warna. Saya akan tetap menjadi sahabatmu dalam suka dan duka sampai kapanpun....” balas Nyoman
“Thanks ... Bli ... Samuderaku...” sambung Astuti, sejak saat itu mereka punya panggilan baru, Samudra dan Gelombang. Astuti sering memanggil Nyoman Bagus dengan panggilan Samudra, dan Nyoman Bagus pun memanggil Astuti dengan panggilan Gelombang, kadang juga memanggil Astuti dengan sebutan telaga. Seperti dalam salah satu emailnya.
“Saya akan selalu bersamamu ..mendampingimu dalam keadaan apapun .. telagaku” balas Nyoman Bagus.
Persahabatan mereka demikian indah, Astuti merasa sangat bahagia, meski sering timbul pertanyaan dalam hatinya kenapa Bagus sudah sedemikian lama menduda tapi tidak menikah lagi. Lain hari, Astuti menulis lagi:

Alhamdulillah... How happy I am. punya suami yang penuh cinta, anak-anak yang sholih, kehidupan yang baik, dan sahabat sebaik Bli... Sempurna sekali.... tapi saya merasa sepertinya ini nggak adil untukmu, Samuderaku... . maaaaaaf  Bli jangan marah kalau saya menyinggung hal yang sangaaaat pribadi...Bli...kenapa Bli nggak mencoba mencari pengganti almarhum..... 19 tahun...  it's so long time....please... Bli jangan marah ya...
Best regard
Astuti Mujiyono

 Balasan dari Nyoman semakin mebuatnya kagum

Astuti,  sahabatku ... selamat pagi ....semoga mentari pagi kehidupan selalu menyinari keluargamu dengan penuh siraman kebahagiaan.
Di dunia ini memang harus ada dua hal yang saling bertentangan .. agar dunia ini seimbang.
Tidak ada manusia yang bisa meraih kesempurnaan... karena pasti ada saat senang dan juga ada saat sedih....karena kesempurnaan itu hanya milik Allah swt, Tuhan YME, Ida Sanghyang Widhi Wasa.. atau apapun sebutan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mungkin dari sudut pandangmu itu kurang adil .. tetapi saya juga bahagia dengan kehidupan seperti ini .. bisa membesarkan dan membiayai kuliah anak saya satu-satunya ...juga bisa berkarya dilingkungan dan juga untuk keluarga besar. Dan sayapun merasa tidak sendiri .. dan saya merasa bahagia memiliki sahabat sepertimu .. sebaik dan setulus dirimu. Orang yang mempunyai istri atau suamipun kadang merasa ada yang kurang bahagia... kurang senang ... karena mungkin mereka menjalani hidup ini dengan tidak tulus ikhlas.... keikhlasan itu penting dalam menjalani hidup ini... agar hidup bisa mengalir bagaikan air .. tanpa beban....
Kenapa saya musti marah .. hanya buang-buang  energy .. dan itu khan emang benar apa yg saya jalani selama ini ...tidak ada alasan sedikitpun utk marah ..
Kemarahan mungkin akan membuat kita susah dan sedih ... 
Selamat berpuasa, semoga puasamu mendapatkan berkah & pahala dari Allah swt. 
Warm regards
BE

Astuti menghela nafas panjang, “ Benar sekali Bli, banyak orang berkeluarga dan tidak menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, semoga aku tidak seperti mereka. Kedekatanku denganmu bukan karena ketidaksyukuranku terhadap karunia Allah, bukan pula aku tidak mencintai suamiku, atau suamiku tak bisa memuaskan aku,  bukan itu. Tetapi karena memang kau diberikan Allah padaku untuk jadi sahabatku, just best friend, is it a mistake?” batin Astuti. Ada seberkas rasa pilu yang tak kuasa diterjemahkannya, begitu saja mengiris hatinya.

Bersambung......
(Tebak apa yang akan terjadi antara Astuti dengan Nyoman Bagus Eddy?) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar