2. PERKENALAN
Bali
Selepas masa pensiun dari
sebuah maskapai penerbangan. I Gusti
Nyoman Bagus Eddy merintis BE Event
Organizer, bersama dengan keluarga besarnya.
Bangunan bercat putih yang berdiri
dengan anggun menghadap Danau Beratan di Desa Bedugul, adalah kantor BE Event
Organizer,sebuah perusahaan yang membidik pasar turis dari Eropa. Disampingnya
sebuah mini market yang dikelola oleh adiknya. Berjarak sekitar lima belas menit dari rumah keluarga
besarnya. Pagi yang cerah dengan udara yang
sejuk dan pemandangan indah sepanjang perjalanan, sungguh karunia alam
yang tak terhingga, semua tertata rapi menjadi obyek wisata yang dikunjungi
wisatawan domestik maupun mancanagara.
Bedugul sebuah desa di tepi jalan raya Denpasar ke Singaraja di
kabupaten Tabanan. Bedugul juga merupakan salah satu obyek wisata
ditengah-tengah pulau Bali.
Didaerah ini ada tiga buah danau, yang terbesar Danau Beratan yang
terkenal, selain itu ada danau Tamblingan dan
Danau Buyan yang lebih kecil, letaknya
tidak jauh dari danau Beratan.
Ditepi danau Beratan juga ada Pura Ulun Danu yang banyak menjadi
foto-foto di postcard atau foto-foto
wisata Bali.
Sedangkan Danau Buyan dan
DanauTamblingan terkenal sebagai tempat camping dan sekarang sedang dikembangkan menjadi obyek
wisata.
Di dekat danau Beratan ada juga kebun Raya dan banyak
kebun strawbery terhapar dengan cantiknya, mengundang wisatawan untuk mampir
dan memetik buah-buah strawberry yang ranum. Di sini juga terkenal sebagai pusat sayur-sayuran di Bali.
Nyoman Bagus menatap layar laptopnya seakan tak percaya ketika
membaca email yang baru diterimanya.
“Hai, senang berkenalan denganmu, saya belum pernah ke Bali, so, ceritalah
tentang Bali” Tulis Astuti dalam emailnya.
Ada kebahagiaan membuncah di dadanya, entah mengapa, pesona wanita ini begitu besar
di dalam dirinya. Padahal setiap hari Nyoman bertemu dengan berbagai wanita,
diantaranya yang diperkenalkan keluarga
besarnya yang rata-rata cantik, tetapi dia bergeming, tetapi wanita satu ini,
yang baru dia kenal lewat fotonya saja begitu mengguncangkan hatinya. Kemiripan
wanita itu dengan istrinyakah? Dia tidak dapat menjabarkan perasaannya, yang
dia tahu bahwa begitu melihatnya ada getaran aneh yang tak sanggup
diterjemahkan dalam kata-kata.
Sore demikian indah, langit demikian cerah, semburat lembayung
senja menyebarkan jingga, jingga yang merona, yang membuat setiap wajah yang
ada dibawah bayangannya ikut merona, sayup sayup terdengar
bunyi tetabuhan gamelan
Tradisional Bleganjur telah mengumandang dengan indahnya, delapan orang
gadis cantik yang akan menjadi pengiring
pengantin telah siap menyajikan keindahan Tari Cendrawasih. Megayot
(tandu) telah siap mengarak sang
pengantin. Sepasang mempelai dengan gemulai keluar dari ruang rias, untuk diarak menuju balai-balai
di pura keluarga besar, diiringi gemulai para penari, mereka adalah sepasang
pengantin dari Spanyol, yang merayakan honeymoonnya di Bali dan dipestakan
dengan adat Bali, melalui BE Event Organizer yang dikelolanya.
Acara selesai sekitar pukul sebelas malam, para tamu merasa senang
dan pengantin pun merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Nyoman Bagus mengantar kedua mempelai sampai ke dekat Danau
Beratan, Nyoman kembali ke kantornya, duduk didepan laptop dan mulai
membuka-buka email yang masuk.
Email dari Astuti berisi lampiran foto-foto bersama keluarganya,
ada foto keluarga dengan pakaian seragam, yang laki laki mengenakan batik dan
wanita mengenakan batik yang sama dengan kemeja laki-laki, tetapi berkebaya hijau muda, nampak Astuti duduk di deretan depan, tersenyum dengan anggunnya. Cantik
sekali, dan pancaran matanya terlihat bahagia.
Kemudian ada foto Astuti berdua dengan suaminya, mereka terlihat
sangat serasi, dan mesra. Ada yang berdesir di hatinya, tanpa kuasa ditahan.
Matanya menatap lekat ke wajah wanita yang berdiri agak menyandar ke bahu
suaminya. Benar-benar cantik, sementara suaminya menatapnya penuh cinta. Dari
fotonya tergambar jelas mereka adalah pasangan yang berbahagia. Ada desiran lembut menggetarkan hatinya dan tak kuasa ditepisnya.
Bandung
“ Bli, haus sekali, barusan mengisi pesantren Ramadan.” Tulis
Astuti siang itu
“ Sabar cantik, itu godaan, kan sedang puasa. Semoga puasamu
mendapat berkah Allah SWT.” Balas Nyoman Bagus segera setelah membaca email
dari Astuti
“Bli, lagi On line ya?” tulis Astuti lagi
“ ya Cantik” jawabnya.
“Mana Bli koq nggak bisa?” Astuti kembali menulis
“di YM cantik..”Balas Bagus, Astuti mencoba masuk ke Yahoo
Messenger tetapi gagal.
“Bli susah, coba pindah ke email aja deh, YMnya belum bener
downloadnya kali”
“Baik cantik,” dan muncullah icon Bagus di email page Astuti
“Helo, tok..tok..tok…..dari mana masuknya nich..” canda Astuti
“Silakan masuk cantik” seloroh Bagus. “How are you......miss to
talk Cantik”
“Emang chatting dari email page bisa didengar gitu Bli?
“ Ya enggak..dong… talk lewat HP lah.... ha ha ha”
“Kirain bisa .. tuh kan saya gaptek ya”
“Nggak lah, saya juga gaptek koq”
“Bli, teman Bli yang di Tubely cantik cantik ya” Astuti memang
pernah membuka profil Nyoman Bagus di jejaring sosial itu, dan memang rata-rata
wanita yang jadi teman sahabatnya itu cantik-cantik.
“Nggak tahu nggak pernah kontak lagi and nggak pernah buka-buka
tubely lagi”
“Cantik..bolehkan minta no Hpnya”
“Kenapa? Perlu banget ya?”
“Iya dong Cantik”
“ Baiklah Bli, kalau itu membuatmu lebih baik ” lalu diketiknya no Hpnya.
“ Terimakasih, Cantik”
“Bli kenapa sih selalu panggil saya Cantik? Saya kan sudah tua”
“ Ya memang kamu cantik, masa harus di bilang jelek, saya juga
sudah tua koq”.
“Bli cerita dong tentang keluargamu, tentang Istrimu” pinta Astuti
“ Saya punya satu anak, Bonny namanya dia kuliah di UNIKA Atmajaya
semester tujuh, istri saya meninggal 19 tahun yang lalu.” Astuti terhenyak
“Oh sorry, sakit apa Bli”
“cancer rahim, lama juga sakitnya, saya nggak bisa memberikan yang
terbaik untuknya. Saya nggak punya uang saat itu, sehingga nggak bisa
membawanya berobat ke luar negeri” Tiba-tiba keharuan menyergap Astuti, ada
penyesalan karena merasa telah membangkitkan kenangan pahit untuk sahabatnya.
“ sudah takdirnya ya Bli” tulisnya
“ ya dan itu sudah lama berlalu” balas Nyoman Bagus.
“Bu Astuti sekarang mengisi di masjid ya Bu” pak Damdam tiba-tiba
sudah masuk di ruang BK
“ya Pak” jawab Astuti, dia segera kembali ke arah monitor.
“Bli maaf udahan dulu ya, barusan dah di susulin, dah waktunya
masuk kelas, mengisi lagi pesantren Ramadan”
“Ok, bu ustadzah, nice to chat with you, bye’
“Bye Bli.. have a great day” bergegas Astuti mematikan komputer,
kemudian keluar menuju mesjid Al-Hidayah, tempat anak laki-laki mengikuti
pesantren Ramadhan.
Selesai berbuka puasa Astuti dan keluarganya berkumpul di musola
menunggu azan Isya, untuk solat Isa dan
solat tarawih berjamaah.
“ Ini Bu ada yang miss call ke HP Ibu, dari ‘tanpa nama’ ” Indah
mengangsurkan HP ke arahnya
Dilihatnya Hpnya dan ternyata Nyoman Bagus yang miss call, dia
ingat tadi Nyoman Bagus sempat sms dan nomornya di save dengan nama “tanpa
nama”
“ Bapak, hati – hati tuh, ke Ibu mulai banyak penggemar tuh” canda Indah
“ Ih Bapak nggak cemburu Pak? Indri putrinya yang lain menimpali, sementara itu Mujiyono hanya
tersenyum.
“ Udah Mr Hilman yang
nge-fans sama Ibu, sekarang tanpa nama lagi” lanjut Indri.
“ Bapak nggak apa-apa kan Ibu banyak teman ya Pak?” Astuti bertanya
kepada suaminya.
“ Lagian kan Mr Hilman tuh buat memperlancar Bahasa Inggris Ibu,
hitung-hitung kursus gratis lah” sambungnya, memang Mr Hilman sengaja
dimintanya untuk tetap berhubungan baik melalui sms maupun telepon, setelah
English Club yang dibentuknya di kampus tidak lagi efektif karena sering
bentrok jadwal dengan kuliah tambahan dari dosen yang merasa kurang jumlah
pertemuannya.
“ Iya Bapak dukung koq, yang penting Ibu kuliahnya cepet selesai”
Mujiyono menjawab.
Azan Isya pun bergema, keluarga itu pun melaksanakan solat Isya
dilanjutkan dengan solat tarawih berjamaah.
Bali,
“Bli... Please don't call me before asked for, Understand me, best
regard “ Bagus membaca email yang dikirim Astuti pagi itu. Ya, entah mengapa
tadi malam Bagus merasa begitu gundah, sepulang mengantar tamu yang dinner di
desanya, Bagus tidak langsung pulang melainkan masuk ke ruang kerjaya, di sana
dia lama mematung, menerawang ke masa-masa bahagianya dengan Ayu Tirta,
dipandangnya foto yang tergantung di dinding di depan meja kerjanya,
kegelisahan tiba tiba menyeruak, melawan resah yang kian membuncah Bagus
membuka-buka nomor phonebook di Hpnya, dan ketika nama Astuti muncul tanpa
disadarinya dia memencet nomornya.
“Dear Astuti.Ok... saya ngak akan telepon sebelum menanyakan
padamu....saya sangat mengerti perasaan dan situasi di sekelilingmu ..Tanya ya apa boleh pakai sms? Please advice me ...
how I should ask you... “ balas Nyoman
”By email of course Bli... like now.Thanks for understand me ... I think you
are the one I need ... Heartily n honesty ... may Allah bless our friendship
..” balas Astuti
“By email .. so unable to send you sms ... ya? I should understand
my friend situation .. cause I won’t break your relationship... for
sure...Because I care of you. The problem is, I only may check an email from my
laptop.... it is not possible for me to check an email on my mobile phone... I
dont have Blackberry. But .. its ok....I will do it ... as your guidance” tulis
Nyoman
“Bli ... Hp sy hanya samsung biasa no Blackberry. asal ada fasilitas internet, it’s enough” tulis
Astuti
Bandung,
Mobil Taruna CL abu tua yang dikemudikan Astuti melaju kencang,
meski baru pk. 9 pagi, matahari telah terasa menyengat. Panas di dalam ruangan
teredam oleh hembusan AC yang sengaja di setel maksimal. Suara penyiar di radio
kesayangannya terdengar merdu, kemudian lagu-lagu jazzy dari Ermy Kulit
melantun dengan lembutnya.
Mobil melaju terus menembus padatnya lalu lintas melewati jalan
Supratman menuju Kampus di jalan Taman Sari. Setelah memarkir mobil di depan
masjid, Astuti bergegas turun.
“Siang geuning Bu?” Mang Asep Petugas parkir menyapanya
“ Muhun Mang, rapat heula puguh tadi teh, titip nya mang” Astuti
menjawab sambil mengambil tas laptop kemudian disandang di bahunya.
“Mangga Bu ” Mang Asep mengangguk hormat, petugas parkir
yang sopan dan baik hati. Astuti ingat suatu hari pernah dipinjami uang
gara-gara dia lupa membawa dompetnya, padahal bensinnya nyaris habis. Uang lima
puluh ribu yang besoknya langsung diganti, dan sebagai tanda terima kasih Astuti
menambahnya dua puluh ribu. Tentu saja Mang Asep menolaknya, tetapi Astuti
memaksa hingga akhirnya Mang Asep mau juga menerima.
Astuti menaiki tangga menuju ruang MM di lantai dua, nafasnya
terengah-engah.
“Assalamu alaikum, maaf
Prof. Saya terlambat” Astuti mengangguk hormat
“Wa alaikum salam, nah sesuai kesepakatan kita, yang terlambat
harus dihukum” Profesor yang satu ini memang menginginkan agar mahasiswanya
tidak ada yang terlambat.
“ Silahkan ibu menyanyi” sambungnya
“ Aduh maaf Prof saya tidak bisa bernyanyi” Astuti mencoba mengelak
“ Joged aja kalau begitu, bagaimana? Prof. Indra mendesak
“ Itu juga ngga bisa, bagaimana kalau saya mengaji saja?” Astuti
menawar
“ Ya silakan” dan Astuti pun melantunkan ayat demi ayat dari surat
Shoff ayat 10 sampai 12 dan dilanjutkan dengan maknanya sekalian.
Kelas hening selama Astuti
membacakan ayat-ayat, dan menyimak makna yang disampaikan
“ Ya terima kasih, semoga yang baik membaca maupun yang mendengar
mendapat rahmat Allah SWT” Prof. Indra mempersilakan Astuti untuk duduk, kuliah
pun berlanjut.
“Bu Astuti, kenapa terlambat?” Endah berbisik di belakangnya
“Rapat dulu” balasnya.
Kuliah hari itu berakhir pukul 18.00, di luar sudah temaram. Astuti
memacu mobilnya di jalan Martadinata yang mulai ramai oleh pendatang-pendatang,
dilihat dari plat mobilnya kebanyakan datang dari Jakarta. Memang setiap akhir
pekan Bandung penuh sesak dengan orang-orang yang ingin menghabiskan uang dan
week endnya. Tentu ini menimbulkan berbagai efek maupun manfaat, tergantung
dari kacamata mana memandangnya.
“Ini fenomena, dan ingat fenomena itu sifatnya netral” Ucapan Prof.
Ruswan yang mengajar Metode Penelitian terngiang kembali, “tetapi masalah itu
relatif, fenomena yang jadi masalah oleh kita, mungkin malah jadi peluang bagi
pihak lain” ya benar batin Astuti, seperti fenomena akhir pekan di kota yang
dicintainya ini, dengan adanya para pendatang itu bagi satu pihak mungkin
masalah, yang jelas kemacetan tak bisa terhindarkan, masalah perparkiran,
masalah keamanan, tapi tak sedikit keadaan itu menjadikan peluang usaha bagi
baik bagi ratusan pedagang asong, bahkan bagi pengusaha berduit, lihat saja
factory outlet yang kian marak bermunculan di berbagai pelosok Bandung, kawasan
Martadinata, yang dulu merupakan kawasan militer, sekarang menjadi kawasan
perdagangan, dengan banyaknya factory
outlet yang menjadi tujuan dari para pendatang, selain ke daerah Cihampelas,
atau Setiabudhi, yang sudah menjadi kawasan perdagangan tingkat elit.
“Kakak bahasa Balinya “Bli”, O jadi Mbak Astuti ini mendapatkan
orang Jawa Tengah ya, nggak jauh-jauh amat lah kalau kamu mudik kesana tiap
lebaran, Senang mendengar kegiatanmu sehari-hari, mencerminkan keluarga yang
berbahagia, ketahuilah tak semua orang bisa sebahagia dirimu, dan tentang kamu
nggak mau memberi no HP itu tidak masalah koq, kita bersahabat lewat dunia maya
begini cukup koq, dan saya mengerti, saya sangat menghargai persahabatan yang
tulus, ” tulis Nyoman Bagus pada awal perkenalan mereka. Astuti menghela nafas.
Sejak Nyoman Bagus, menjadi sahabat emailnya, Astuti merasa begitu
dekat, merasa ada yang melengkapi hidupnya. Suami yang sabar dan penuh kasih,
anak-anak yang soleh, dan sekarang punya sahabat baru, entah mengapa diantara
persahabatan yang terjalin lewat jejaring sosial dan berlanjut dengan
email-email atau chatting, hanya dengan Nyoman Bagus Astuti merasa nyaman.
“Apa makna sahabat menurut Bli... ?” tulisnya suatu ketika.
“Bagi saya ... sahabat bisa lebih dari saudara ... atau minimal
bisa seperti saudara sendiri. Kita bisa saling berbagi dalam suka dan duka ...
juga saling cares... saling sayang....saling bisa mengetahui dan terbuka
satu dengan lainnya .. sehingga beban yang ada pada kita bisa kita mintakan
pendapat atau solusi kepada sahabat.
Kadang kepada saudara atau orang terdekat kita kita gak bisa membicarakan
suatu masalah... tapi kepada sahabat kita bisa lebih terbuka and bisa
membicarakan semua masalah. Itu menurut pendapat saya ” Balas Nyoman Bagus
” Tapi yang terjadi adalah,
karena menganggap saya sahabatnya, mereka datang pada saya dengan
curhat-curhatnya, dan saya dengarkan sepenuh hati, tapi ketika aku perlu untuk
berbagi, saya tak menemukannya pada mereka Bli...” balas Astuti
“ kalau itu sahabat egois namanya..., kalau saya akan siap kapan
pun sahabat saya datang untuk berbagi, mendukungnya, dan selalu ada untuknya,
dan entah kenapa saya sering teringat dirimu, ada rasa kangen di hati ini”
Nyoman Bagus menulis.
“Mereka nggak salah Bli... Karena saya lah yang nggak bisa berbagi
dengan mereka... Selalu ada keraguan untuk berbagi dengan mereka... Kalo gini
saya dong yang egois... Apa? Sering kangen dan inget saya? Waduh hati-hati Bli
... Saya kuatir kalo Bli akan mengubah warna persahabatan kita.. Jangan sampai
terjadi.. Bli harus netral ..” jawab Astuti dengan perasaan yang jadi galau,” senangkah dirinya dirindukan
orang lain selain suaminya?, “akh tidak itu tak boleh terjadi” batinnya.
“Ya ya ... kalau memang Astuti nggak bisa berbagi dengan mereka ya
nggak apa-apa .. termasuk mungkin dengan saya ...ya kan nggak semuanya bisa berbagi.... ada hal-hal privacy yang
memang nggak boleh orang lain tahu, Ya... saya suka aja ngobrol denganmu ...
tapi saya juga nggak mau mengganggumu .. dan saya berusaha tidak mengubah warna
persahabatan ini ... Saya akan netral .... dan menjunjung tinggi
persabahabatan” balasnya
“Thanks Bli ... saya kuatir banget kalo persahabatan ini berubah
warna...setelah saya baru mulai terbuka untuk berbagi Bli ... Biarlah
saya jadi telaga buat mereka...saya nggak khawatir jika suatu saat telaga ini
jadi gelombang pasang karena saya punya samudera yang akan meredakannya...
Samudera itu adalah kau ..Bli...” balas Astuti
“Saya...akan jaga koq ... dan samudra-mu ini .. selalu siap
mendampingi dan berbagi denganmu... saya juga akan jaga agar persahabatan kita
nggak berubah warna. Saya akan tetap menjadi sahabatmu dalam suka dan duka
sampai kapanpun....” balas Nyoman
“Thanks ... Bli ... Samuderaku...” sambung Astuti, sejak saat itu
mereka punya panggilan baru, Samudra dan Gelombang. Astuti sering memanggil
Nyoman Bagus dengan panggilan Samudra, dan Nyoman Bagus pun memanggil Astuti
dengan panggilan Gelombang, kadang juga memanggil Astuti dengan sebutan telaga.
Seperti dalam salah satu emailnya.
“Saya akan selalu bersamamu ..mendampingimu dalam keadaan apapun ..
telagaku” balas Nyoman Bagus.
Persahabatan mereka demikian indah, Astuti merasa sangat bahagia,
meski sering timbul pertanyaan dalam hatinya kenapa Bagus sudah sedemikian lama
menduda tapi tidak menikah lagi. Lain hari, Astuti menulis lagi:
Alhamdulillah... How happy I am. punya suami yang penuh cinta,
anak-anak yang sholih, kehidupan yang baik, dan sahabat sebaik Bli... Sempurna
sekali.... tapi saya merasa sepertinya ini nggak adil untukmu, Samuderaku...
. maaaaaaf Bli jangan marah kalau
saya menyinggung hal yang sangaaaat pribadi...Bli...kenapa Bli nggak mencoba
mencari pengganti almarhum..... 19 tahun... it's so long
time....please... Bli jangan marah ya...
Best regard
Astuti Mujiyono
Balasan dari Nyoman semakin
mebuatnya kagum
Astuti, sahabatku ...
selamat pagi ....semoga mentari pagi kehidupan selalu menyinari keluargamu
dengan penuh siraman kebahagiaan.
Di dunia ini memang harus ada dua hal yang saling bertentangan ..
agar dunia ini seimbang.
Tidak ada manusia yang bisa meraih kesempurnaan... karena pasti ada
saat senang dan juga ada saat sedih....karena kesempurnaan itu hanya milik
Allah swt, Tuhan YME, Ida Sanghyang Widhi Wasa.. atau apapun sebutan untuk
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mungkin dari sudut pandangmu itu kurang adil .. tetapi saya juga
bahagia dengan kehidupan seperti ini .. bisa membesarkan dan membiayai kuliah
anak saya satu-satunya ...juga bisa berkarya dilingkungan dan juga untuk
keluarga besar. Dan sayapun merasa tidak sendiri .. dan saya merasa bahagia
memiliki sahabat sepertimu .. sebaik dan setulus dirimu. Orang yang mempunyai
istri atau suamipun kadang merasa ada yang kurang bahagia... kurang senang ...
karena mungkin mereka menjalani hidup ini dengan tidak tulus ikhlas....
keikhlasan itu penting dalam menjalani hidup ini... agar hidup bisa mengalir
bagaikan air .. tanpa beban....
Kenapa saya musti marah .. hanya buang-buang energy .. dan itu khan emang benar apa yg
saya jalani selama ini ...tidak ada alasan sedikitpun utk marah ..
Kemarahan mungkin akan membuat kita susah dan sedih ...
Selamat berpuasa, semoga puasamu mendapatkan berkah & pahala
dari Allah swt.
Warm regards
BE
Astuti menghela nafas panjang, “ Benar sekali Bli, banyak orang
berkeluarga dan tidak menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, semoga aku tidak
seperti mereka. Kedekatanku denganmu bukan karena ketidaksyukuranku terhadap
karunia Allah, bukan pula aku tidak mencintai suamiku, atau suamiku tak bisa
memuaskan aku, bukan itu. Tetapi karena
memang kau diberikan Allah padaku untuk jadi sahabatku, just best friend, is it
a mistake?” batin Astuti. Ada seberkas rasa pilu yang tak kuasa
diterjemahkannya, begitu saja mengiris hatinya.
Bersambung......
(Tebak apa yang akan terjadi antara Astuti dengan Nyoman Bagus Eddy?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar