3. PERSAHABATAN
OMBAK DAN SAMUDERA
Bandung
Malam begitu hening, Astuti tengah asyik di depan laptop mengerjakan
tugas dari kampusnya. Kuliah di program Magister Manajemen, membuatnya harus
belajar ekstra, mengingat yang dipelajari adalah hal-hal yang diluar kegiatan
sehari-harinya di sekolah. Tiba-tiba
HPnya bergetar, tanda ada sms masuk. ternyata sms dari temannya.
“ Bu Astuti, tolong emailkan
catatan kuliah Manajemen Operasional hari ini dong”. Memang Astuti selalu dimintai catatan oleh
teman-temannya. Padahal selama kuliah berlangsung hampir semua teman terlihat membuka
laptop masing-masing meskipun dia tahu tidak semua mencatat perkuliahan,
sebagian malah asyik berselancar di dunia maya masih mending kalau
berselancarnya itu untuk searching materi yang berhubungan dengan materi yang
sedang di bahas, kebanyakan malah sekedar buka facebook, bahkan ada juga yang
sibuk chatting dengan teman sekelas. Pantas saja Astuti sering melihat
teman-temannya seperti menahan senyum, rupanya mereka lagi asyik ngobrol di
layar laptopnya. Fasilitas wifi yang disediakan memang sangat menggoda, kurang-kurangnya bisa membagi perhatian ya
itu seperti temannya yang sekarang minta diemailkan catatan. Astuti menghela
nafas panjang. Lalu diambilnya modem dari dalam kotak pensilnya. Setelah
menemukan file yang dicari, segera dibukanya email. Terlihatdi kotak masuk ada
beberapa email baru, ada beberapa permintaan pertemanan dari Tubely, sebuah
jejaring sosial yang membuat Astuti memiliki banyak teman dari luar negeri.
Jantungnya berdegup lebih kencang ketika terbaca nama Bagus Eddy diantara
email-email itu. setelah mengirimkan email untuk temannya, segera dibukanya
email dari sahabatnya itu. Rupanya balasan atas email yang dia kirimkan kemarin
malam, ketika Astuti merasa sangat gundah atas perasaannya terhadap sahabatnya
itu. Dia merasa persahabatannya mulai
mengisaratkan perubahan warna. Persahabatannya
menampakkan riak gelombang yang mulai menyeretnya ke dalam pusaran tak
bertepi, ya Astuti seperti ombak yang meninggalkan pantainya. Pantai yang telah
sekian lama terhampar untuknya.
“Samuderaku, jangan biarkan gelombangmu tersesat jauh ke dasarmu
ingatkan ia untuk kembali ke pantai permai yang setia menanti” tulisnya menyiratkan
rintihan pilu dari lubuk hatinya.
“Samudramu tidak akan membiarkanmu tersesat ke dasarku, tetapi akan
selalu mengingatkan dan mengantarmu untuk kembali ke pantai nan permai yang
selalu menunggumu, karena disanalah tempatmu yang paling nyaman” . Ada kelegaan dalam batinnya ketika membaca
balasan email Nyoman Bagus.
“Terima kasih Samuderaku, bukan aku tak mau dibuai indahnya deburan
ombak dalam dirimu. Tetapi aku telah
memiliki Pantai Permai yang selalu setia menungguku, dan lebih dulu terhampar
untukku, dan selamanya ingin tetap terhampar untukku, dan aku tetaplah
gelombang untukmu, gelombang yang tak pernah dapat memiliki pantai
bersamamu, karena pantai kita hanya ada dalam hati kita, dan akan tetap indah
di hati kita selamanya” tulis Astuti. Matanya memburam selapis kabut
tiba-tiba menyeruak, keharuan menyelinap setitik air yang bergulir tanpa kuasa dicegah.
“Terima kasih gelombangku, Walaupun pantai kita cuma dalam hati
kita Tetapi saya cukup bahagia bisa mendapatkan deburanmu. Saya tahu,Pantai
Permai-mu selalu setia menunggu dan bersamamu. Dan biarlah Pantai Permaimu
selalu menjadi milik kalian. Samudra akan cukup bahagia bisa merasakan deburan ombakmu dalam hati.
Dan samudra akan jaga deburan itu sampai kapanpun juga ....” balas Nyoman
sepenuh hati.
“Terima kasih semoga persahabatan samudra dengan gelombang tetap
abadi, meski tak kan pernah mencapai pantai” tulis Astuti.
“Saya yakin persahabatan samudra dan gelombang akan abadi, karena
samudra tidak boleh dan tidak mungkin mencapai pantai. Berjalanlah tegak
menatap masa bahagiamu, Cantik. Samudra
akan selalu bersamamu, menempatkanmu di lubuk terdalam hati samudra, di dasar
samudra” balasan email dari Bagus, membuatnya tenang dan bahagia.
“Terimakasíh Samudraku, sekarang gelombangmu mantap menarikan
gemulai tarian persahabatannya denganmu, tak ada lagi keraguan yang
menyesakkan. Tak ada lagi kegalauan yang menggelisahkan. Tak ada lagi
kegundahan yang meresahkan, semoga tarian sucinya akan selaras dengan harmoni
dari alunan simphoni yang mengiringinya” Astuti menulis emailnya dengan
bahagia. Wajah cantiknya terlihat semakin segar. Balasan email dari I Nyoman Bagus
Eddy masuk tak lama kemudian.
“Senang sekali mendengar gelombang dengan mantap menarikan
gemulainya tarian persahabatan dan tidak ada lagi keraguan. Samudra tidak
menginginkan gelombangnya dalam keresahan dan kegalauan yang menggelisahkan.
Samudra senang bila gelombang merasa bahagia menarikan tari persahabatan dan
berlabuh di pantainya nan permai dengan
penuh rasa cinta yang membahana. Samudra yakin tarian suci gelombang akan
sangat selaras dengan symphoni yang mengiringinya dan samudra akan selalu
berusaha menyelaraskan, sehingga benar-benar menjadi harmonis” tulis Nyoman Bagus setulus hati.
“Matur suksma Bli (terima kasih, Kak). Samudraku yg paling
luas, paling indah, paling mempesona buat gelombangmu” Balas Astuti.
“Terima kasih gelombangku ..
telah hadir bersamaku menemani hari-hari penuh perjuangan untukku, Samudramu
...” Senyum manis dari wajah cantik
Astuti mengembang, meski lagi-lagi tetes-tetes air bening mengalir tanpa sempat
ditepis. Malam kian larut, hening sepi menemani embun yang mulai menapak di
dedaunan, menemani cengkerik di sela-sela rumput hijau di halaman.
“Selamat
malam Bli, Semoga malam jadi selimut hangat untuk istirahatmu, dan esok saat
sang fajar menyapa kau terjaga dalam keadaan segar dan siap berkarya” bisiknya
sambil menutup email dan mematikan laptopnya. dari kamar putrinya suara lembut Once sayup-sayup menyenandungkan Dealova.
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah meragu tanpa dirimu
O…. karena hati
tlah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yang slalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku
selalu memujaku
Tanpamu sepinya waktu merantai hati
O…. bayang mu
seakan akan
Kau seperti nyanyian dalam
hatiku
yang memanggil rinduku
padamu oooooo
seperti udara yang kuhela kau selalu ada
***
Bali
Event dinner yang diselenggarakannya malam ini baru saja berakhir.
para pekerja sibuk membereskan ruangan.
“ Putu, Jangan lupa, nanti cek ulang jadwal untuk event yang dari
Tima Travel and Tours ya…” terdengar Wayan Oka mengingatkan staf BE yang
bertugas menyusun jadwal event.
“ Iya Bli.. “ jawab Putu Ika,
matanya tetap menatap layar monitor.
“Sudah malam, pulang sekarang yu.. kuantar sekarang ya” Wayan Oka
menawarkan
“ Ayo Bli… “ setelah mematikan computer, Putu Ika berdiri kemudian
membuka pintu ruangan tempat I Nyoman
Bagus Eddy berada.
“ Bli pamit pulang duluan ya..” pamitnya. Nyoman Bagus yang sedang duduk
di depan laptopnya menoleh.
“Ok, hati-hati ya… jadi diantar Wayan Oka? Putu, Wayan, kalian pasangan yang sangat serasi“
sambil tersenyum Nyoman Bagus melambaikan
tangannya.
“ Iya Bli… “ semburat merah meronai pipi Putu Ika “ Terima kasih, Bli belum akan
pulang” lanjutnya
“ Belum, sebentar lagi..” pujinya, lalu di raihnya album foto dari
rak buku di samping meja tulisnya. Itu adalah album foto waktu upacara Megedong
– Megedongan, upacara Megedong –
Gedongan yang dilakukan ketika kehamilan
istrinya berumur 7 Bulan Bali ((1 bulan Bali = 35 hari) atau sekitar 8 bulan
masehi bertepatan dengan hari Purnama.
“ Kita duduk berdampingan…. Kau begitu canik dan bahagia istriku..”
batinnya. Pandangannya menatap lekat foto Gusti Ayu Tirta Sari yang terlihat sangat
cantik dan bahagia dengan perutnya yang membuncit. Dalam foto terlihat keduanya
sedang Matur
sembah, memohon keselamatan kepada
Tuhan dengan khusyuk. Didepannya banten (sesajen) tertata lengkap dan
rapi.
“ Tirta Sari, ini adalah saat yang sangat membahagiakan
kita… duduk berdampingan untuk
mendengarkan kekawin (kidung suci) yang berisi tentang petuah dan nasehat bahwa
sebagai suami, aku tidak boleh berkata kasar atau berbuat kasar pada istri, tidak boleh membangunkan istri dengan
tiba-tiba dan berbagai hal lainnya. “ bisiknya. Dibukanya
lembar demi lembar halamannya. Tatapannya terhenti pada foto upacara Tutug
Kambuhan. Upacara Tutug Kambuhan adalah upacara yang tujuan dan maknanya sebagai
ucapan terima kasih kepada “Nyama Bajang” yang merupakan manifestasi
kekuatan Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu tujuan upacara
ini adalah melakukan pembersihan kepada sang Ibu dan bayinya.
“ Lihatlah, ini Bonny kita ketika berumur 42 hari ? begitu montok
dan lucu…” bisiknya, diusapnya matanya yang tiba-tiba basah menghadirkan kerinduan
pekat yang tiba-tiba merayapi hatinya. Kemudian dia berpaling ke layar monitor,
membuka email dan melihat sederet email-email yang baru masuk. Hatinya berdebar ketika membaca nama Astuti
diantara deretan email. Email yang berbentuk puis itupun segera dibacanya.
Mari
menari bersama dalam ayunan gelombang di tengah samudra,
mari selaraskan ayun langkahnya
dalam irama yang lembut namun tidak menghanyutkan,
dalam irama gembira namun tidak menggelora,
dalam irama gembira namun tidak menggelora,
dalam
tempo cepat atau lambat
dalam
hentakan penuh dinamika cresscenso atau discresscendo
dalam ekspresi mars atau maestoso
Mari
menari bersama dalam ayunan gelombang di tengah samudra
dengan
iringan gendhing Bali, Jawa atau Sunda
tarian
persahabatan nan indah mempesona
“ Selamat malam,
belum tidur? Hebat sekali puisimu, hidup BHINEKA TUNGGAL IKA, mari kita
lebih rekatkan persahabatan kita, dengan saling menghormati perbedaan karena
perbedaan itu sesungguhnya indah dan harus ada didunia ini....” puji Nyoman tulus.
***
“ Bli apa yang akan Bli lakukan kalau saya tiba-tiba ada di hadapan
Bli” tanya Astuti suatu kali dalam email yang dilampiri beberapa foto dirinya.
“ Sebelum kujawab, terima kasih atas kriman foto-fotonya, cantik
banget, saya jadi terus-terusan memandangi fotomu, nah kalau kau tiba tiba ada
di hadapan saya, saya pasti akan terpana seolah nggak percaya, takutnya malah
refleks saya akan peluk dirimu,Cantik” balas Nyoman Bagus
“kalau begitu saya nggak jadi deh menjelma di hadapanmu, takut
dipeluk.. ha..ha..ha”sahut Astuti
“ Ya deh, saya akan ikat tanganku ya.. ha ha ha” tawa Bli dalam
emailnya.
“ Yaa, dah keburu ketakutan nih, jadi buyar deh konsentrasi untuk
menjelmanya, ha ha ha” candanya. “ dah lain kali aja ya, bye Bli, terimakasih
untuk hari yang menyenangkan bersamamu.”
“ Ya deh nggak apa- apa koq, kapan saja kamu mau menjelma bilang
dulu ya, nanti biar saya ikat tanganku ha ha ha, bye Cantik”Astuti tersenyum.
Candaan segar melalui email seperti itu semakin mendekatkan hati mereka. Astuti
sangat menyayangi sahabatnya ini.
“Bli, saya menyayangimu setulus hati, tidak hanya karena kau sangat
mirip cinta pertamaku yang terpaksa harus ku kubur dalam-dalam dari hatiku.
Panjang ceritanya dan panjang pula perjuangan yang kulakukan untuk belajar mencintai seseorang yang ditakdirkan
memilikiku. Bermula ketika kakakku memperkenalkan sahabatnya, teman diskusinya
yang akhirnya menjadi teman diskusiku, waktu itu aku baru tujuh belas tahun,
kebetulan minat kami sama, dia sering pinjami aku buku-buku dan jika kami
bertemu maka kami diskusikan apa yang kami baca, tanpa kami sadari kami saling
jatuh cinta, Bli jangan mengira kalau kami pacaran seperti umumnya orang
pacaran, nggak Bli. Kami punya buku
harian yang kami isi berdua, kemesraan- kemesraan kami tertuang di buku itu,
Bli meski kami berbeda keyakinan dia sangat menghormati keyakinan kami, dia
memahami bahwa kami keluarga yang ketat dalam pergaulan laki-laki dan
perempuan, jangankan pelukan ciuman atau kemesraan fisik lainnya, bahkan
bersalaman pun kami berusaha menjaga agar jangan sampai bersentuhan, selain dengan saudara kandung atau orang yang
muhrim lainnya, kata-kata peluk atau cium sayang hanya ada dalam buku harian
saja. Betapa masygul dan prihatinnya
keluarga saya melihat perkembangan saya, mama sering kali menasihatiku agar
mengakhiri hubungan kami, saya sangat
menyayangi mama, yang sering sakit karena masalah saya, meski berat kami
pun putus. Sampai bertahun- tahun kemudian beberapa hati mencoba mengisi
kekosongan itu, tapi saya nggak bisa menemukan getar yang sama, hingga kandas
dan kandas. Bli, tali yang terentang diantara kami rupanya masih cukupkuat,
berkali kali dia hadir dalam mimpi saya, sampai saya tidak tahan lagi, saya
datang ke rumah orang tuanya, dan ternyata dia sakit parah, trenyuh hati saya
Bli, tanpa sepengetahuan orangtuaku saya sering menjenguk dia, dia baru mau
makan kalau saya yang suapi, kami nyambung lagi Bli, Buku harian yang masih
saya simpan mulai terisi kembali. Ketika akhirnya keluarga saya mengetahuinya
mereka tetap tak merestui hubungan kami, saya mengerti Bli, orang tua mana yang
rela putrinya menikah dengan pria yang berbeda keyakinan, saya solat
tobat, juga solat istikharah untuk
mohon petunjukNya, dan saya sering melihat mama menangis dalam solatnya.
Akhirnya dalam suatu musyawarah keluarga saya harus memilih calon suami yang
memang telah lama mendekatiku lewat keluargaku, beraaat sekali rasanya. Tapi
demi agama yang kami yakini, saya lepaskan dia dan saya tunduk dan pasrah
menerima keputusan keluarga besarku, kami pun menikah. Saya merasakan betul
besarnya cinta kasih suami saya yang dengan kesabaran luar biasa dia bimbing
saya. Dia besarkan hati saya manakala saya terbangun di malam hari dalam
keadaan menangis tersedu-sedu. Sering sekali saya menangis dalam tidur saya.
Bli saya percaya dengan teori Psiko Analisa dari Sigmund Freud bahwa
perasaan yang ditekan sedemikian kuat ke alam bawah sadar agar
tidak muncul di alam sadar kita, maka dalam batas tertentu akan muncul di alam ambang sadar, tangisan
saat tertidur adalah salah satu
manifestasinya. Pada awal pernikahan
saya sering sekali dirawat di Rumah sakit. Barangkali itu salah satu proses
saya menuju ikhlas. Maka ketika bertemu
Bli, meski belum bertemu langsung, koq rasa itu tiba-tiba saja muncul, saya
takut sekali kalau hijaunya persahabatan kita akan berganti jadi biru. Seperti
biru yang pernah kami miliki 25 tahun lalu. Itulah ketakutan terbesar saya
sekarang Bli. ” tulis Astuti suatu hari, wajah yang basah oleh air mata
dibenamkan dalam ke balik bantal, isaknya tertahan khawatir terdengar oleh suaminya yang tengah terlelap
disampingnya.
“ Cantik, saya sangat mengerti perasaanmu, maafkan saya telah
mengusik apa yang telah terkubur dalam hatimu. Ya itulah jalan hidup yang
digariskan Allah kepadamu dan kepada dia, tapi cinta tidak akan dibatasi oleh
apapun di dunia ini, kalau pun kalian tidak bisa bersatu karena norma- norma
yang ada dalam masyarakat kita, tapi hati kalian telah saling bersatu dan Allah
SWT, atau apapun sebutannya untuk Tuhan
Yang Maha Tahu pasti akan tahu cinta itu indah, tapi cinta itu tidak harus
untuk memiliki. Namun cinta juga bisa diartikan agar kita bisa membahagiakan
orang lain dengan caranya, seperti jalan hidup yang harus dia tempuh. Dari
penuturanmu bahwa kalian memiliki buku
harian yang kalian isi berdua menunjukkan betapa dalamnya cinta kalian, cinta
yang sangat indah yang dianugrahkan Tuhan pada kalian berdua, namun karena
norma- norma diantara kita membuat kalian tidak bisa saling memiliki, dan oleh
Tuhan kalian dianugrahkan cinta sejati yang indah, namun kalian bukanlah
jodohnya. Hanya hati putih bersih dengan penuh keikhlasan yang dapat menjadikan
kita menerima keadaan itu. Tuhan telah memberi sesuatu yang menurutmu bukan
terbaik, tapi bagi Tuhan itu adalah jalan hidup yang terbaik untukmu, masa lalu
hendaknya kita jadikan sejarah, kenangan dan pengalaman dalam menjalani
kehidupan ke depan. Karena kehidupan dan jalan kehidupan kedepanlah hidupmu
yang sebenarnya. Saya harap ikhlaskanlah segala sesuatu yang telah terjadi
karena itu semua sudah ditakdirkan oleh Allah swt. Ya Cantik, saya sangat
mengerti dan merasakan betapa beratnya perjuanganmu dalam meniti kehidupan ini,
kehidupan percintaan kalian, tapi karena tembok tebal keyakinan yang diciptakan
Tuhan YME kita harus merelakan dan tidak bisa memiliki apa yang kita ingin
miliki. Keinginan akan selalu tak terbatas, tapi kemampuan kita untuk mewujudkan
keinginan itu sangat terbatas, sehingga tidak semua keinginan bisa kita
dapatkan. Semuanya telah berlalu tataplah dengan tegak dan optimis jalan
kehidupan ke depan yang tentu lebih baik. Dia bukan jodohmu tapi dia adalah
cintamu, cinta kalian tak bisa dihentikan oleh siapapun. Tapi jodohmu juga harus dijalani, karena itulah
yang nyata dalam kehidupanmu. Saya
setuju juga dengan teori itu sekarang
tergantung kita bagaimana kita bisa mengelolanya agar keikhlasan itu bisa
dengan cepat kita dapatkan dan memang itu hal yang sangat sulit karena besarnya
rasa sayang dan cinta diantara kalian.
Sangat bersyukur, Cantik mendapatkan suami yang benar-benar sabar dan selalu membimbingmu bisa mengerti tentang dirimu, jiwamu, yang belum tentu Cantik temukan pada laki-laki lain. Cantik harus bisa menghargai dan menerima dia sebagai anugrah Allah SWT yang menjadikan dia sebagai pendampingmu sebagai jodohmu sebagai imammu dalam menjalani kehidupan ke depan.
Kita harus tetap jaga hijaunya persahabatan ini kita bisa saling share and care bagaikan saudara kandung dan kita jalani kehidupan kedepan dengan lebih baik, lebih ikhlas dan bisa menerima apa adanya “ jawaban Nyoman Bagus yang begitu bijak sangat menentramkan hati Astuti.
Sangat bersyukur, Cantik mendapatkan suami yang benar-benar sabar dan selalu membimbingmu bisa mengerti tentang dirimu, jiwamu, yang belum tentu Cantik temukan pada laki-laki lain. Cantik harus bisa menghargai dan menerima dia sebagai anugrah Allah SWT yang menjadikan dia sebagai pendampingmu sebagai jodohmu sebagai imammu dalam menjalani kehidupan ke depan.
Kita harus tetap jaga hijaunya persahabatan ini kita bisa saling share and care bagaikan saudara kandung dan kita jalani kehidupan kedepan dengan lebih baik, lebih ikhlas dan bisa menerima apa adanya “ jawaban Nyoman Bagus yang begitu bijak sangat menentramkan hati Astuti.
“Iya Bli saya bersyukur sekali menyerahkan jiwa raga saya pada
orang yang tepat pada cinta dan kasih yang dimiliki suamiku. Saya sadari betul
bahwa kepasrahan dan kerelaan hati itu berbuah cinta manis tiada tara. Apalagi
kami dikaruniai putra-putri yang solih
dan selalu menyejukkan hati kami. Maka tak putus rasa syukurku pada Allah Yang
Maha Kuasa atas anugrahnya. Maka saya akan perjuangkan agar bahtera kami melaju
dengan tenang dalam lautan kasihNya. Tolong bantu saya ya Bli...” lanjut Astuti
“Ya .. itulah nikmat dan anugrah Tuhan yang diberikan kepada kalian ... walau dengan mengambil cinta pertamamu .. tapi jalan ini memang yang terbaik buatmu. Cantik...Saya akan selalu membantumu .. kapanpun... dimanapun dan dalam situasi apapun ..” jawab Nyoman Bagus.
“Ya .. itulah nikmat dan anugrah Tuhan yang diberikan kepada kalian ... walau dengan mengambil cinta pertamamu .. tapi jalan ini memang yang terbaik buatmu. Cantik...Saya akan selalu membantumu .. kapanpun... dimanapun dan dalam situasi apapun ..” jawab Nyoman Bagus.
“Matur suksma,
Bli ( terima kasih Kak) “ tulis Astuti sepenuh hati
“Matur Suksma mewali, Jegeg” (terima
kasih kembali)” balas Nyoman Bagus
“ Lho Jegeg itu apa artinya Bli? “
tanya Astuti
“ Jegeg itu artinya Cantik, karena kamu memang
cantik” balas Nyoman Bagus
“Tapi aku ngga mau dipanggil Jegeg, panggil
Cantik aja ya....” tulis Astuti lagi
“ Hehehe iya deh, Cantik... Ombakku memang
cantik, secantik hatinya” Astuti tersenyum, “Ahhh Bli kenapa hati ini begitu
erat terpaut padamu? “ bisik hatinya. Matanya berkaca-kaca, seiring dengan arus perasaan yang begitu
kuat, dadanya serasa sesak, ada keharuan mengoyak rasa.
Bersambung
Bagaimana kelanjutan kisah Astuti dengan I Gusti Nyoman Bagus Eddy?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar