5. REVIEW
Ombak yang lara, gemuruh mengejar
samudera,
ada pilu membalut hati dan rasa
Wahai jingga di atas sana
Terbangkan aku ke pucuk rinduku
Bali
Seorang pria Bali tengah bersimpuh sambil menata sesajen
yang dibawanya. Pria
itu lalu menyalakan dupa, yang merupakan simbol Hyang Agni, saksi dan pengantar sembahnya kepada
Hyang Widhi.. Kedua telapak
tangannya dikatupkan kemudian diletakkan di depan ubun-ubun. diambilnya sepucuk bunga lalu
dijepitnya pada ujung jari dan mengayunkannya
pelan di udara dengan penuh perasaan. Seperti seorang penari. Matanya terkatup mulutnya merapalkan sesuatu. Ia tengah berdoa. Nyoman Bagus larut dalam doanya, kali ini ia tak menahan
apa-apa. Kekuatannya lenyap. Tak sebutir air mata pun sanggup ia bendung. Dan dia memutuskan untuk membiarkan segalanya mengalir. Apa adanya.
Ia memahami apa yang diucapkan Astuti dalam emailnya. Yang belum ia pahami adalah, mengapa harus sesakit ini rasanya? I Nyoman Bagus Eddy mengatupkan matanya
erat-erat. Semua ini terasa getir untuk ia telan. Namun, inilah kejujuran.
Assalamu
alaikum, Om swastiastu.
Bli,
Ingatan akan dirimu hadirkan perih mengiris hati, saya telah terperangkap
rasa yang geloranya tak lagi terkendali,
rasa yang geloranya tak lagi terkendali,
Rasa yang bahkan dalam diri Mas Muji sendiri
pun tak pernah saya dapatkan, Rasa yang hanya pernah saya rasakan dan telah
saya endapkan ke rongga yang gelap pekat di dasar hati yang yang paling dalam
di kesilaman masa lalu saya
Ya, saya telah menyayangimu lebih dari rasa sayang seorang sahabat, saya telah
menyalahi janji persahabatan kita. Saya telah menghianati kesucian cinta seorang suami.
Ya, saya telah menyayangimu lebih dari rasa sayang seorang sahabat, saya telah
menyalahi janji persahabatan kita. Saya telah menghianati kesucian cinta seorang suami.
Dan kesadaran ini nyatanya begitu
menyakitkan, Karena saya tahu ini tidak boleh terjadi.
Bli,
Saya tak mau terperangkap lebih dalam, yang akhirnya dapat menggelincirkan saya pada dosa tak
terampunkan.
Maafkan
saya yang telah mengganggu ketenanganmu dalam keseharianmu yang begitu
menentramkan.
Maafkan
saya atas keteledoran saya menjaga hati, hingga tak lagi tepati janji
Maafkan saya karena harus mengakhiri persahabatan ini.
Bli, saya menyayangimu sepenuh hati, tapi kita tak dapat lanjutkan ini semua
Rasa sayang ini akan kembali saya endapkan ke rongga yang gelap pekat di dasar hati yang paling dalam, bersama kesilaman masa lalu saya.
Terimakasih atas kebaikanmu mengisi hari–hariku dengan begitu puitis
Saya yakin hidupmu akan lebih bahagia tanpa kehadiran saya.
Love
Maafkan saya karena harus mengakhiri persahabatan ini.
Bli, saya menyayangimu sepenuh hati, tapi kita tak dapat lanjutkan ini semua
Rasa sayang ini akan kembali saya endapkan ke rongga yang gelap pekat di dasar hati yang paling dalam, bersama kesilaman masa lalu saya.
Terimakasih atas kebaikanmu mengisi hari–hariku dengan begitu puitis
Saya yakin hidupmu akan lebih bahagia tanpa kehadiran saya.
Love
Astuti
***
Bandung
Sedetik setelah email terkirim ada rasa lega tapi juga penyesalan menyadari dirinya
akan menyakiti perasaan sahabatnya, dan
merasa sangat bersalah telah berlaku tidak adil, dan hanya mementingkan
diri sendiri saja, juga karena akan kehilangan sahabat yang sangat dicintainya,
yang telah menggetarkan hatinya seperti Insan Masa Lalu pernah menggetarkan
dawai cinta pertamanya. Pergulatan batinnya selama berbulan-bulan, ingin segera
diakhirinya. Dia menyadari persahabatannya dengan Nyoman Bagus telah
menjadikannya penghianat atas cinta tulus suci suaminya. Dia ingin kembali, sebelum
segalanya semakin membenamkannya lebih dalam.
Cinta itu pedih, seperti kerinduan yang tidak tercapai. Seperti pohon yang meranggas dan mati.
Dirinya bagai terbelah diantara dua kutub;
tubuhnya terkubur dalam denyutan, getaran dan kesakitan; sedangkan perasaan dan fikirannya melayang ke
arah lain, kemudian tenggelam dalam
kegelapan pekat tak bertepi, tenggelam dalam kesedihan yang hebat. Mendadak kerongkongan Astuti seperti tercekat. Dia terisak.
Leanne Rimes lembut mengalunkan “How Do I Live” mengiringi pedih dan galau
batinnya.
If you ever leave .
Baby you would take away everything good in my life .
And tell me now ..
How do I live without you..?
I want to know .
How do I breathe without you...?
If you ever Go .
How do I ever , ever survive..?
How do I , how do I , oh how do I live...?
Without you...
***
Pagi
itu Astuti mengendarai mobilnya dengan pikiran yang sangat kalut. Di mulut
jalan mobilnya menyerempet sepeda motor yang berusaha mendahului, untung sepeda
motor tersebut tidak jatuh, hanya saja mobil Astuti tergores stang sepeda motor menyisakan
goresan memanjang di bagian samping kanan mobilnya.
Di sekolah pikirannya tak lepas dari email yang semalam
dikirimkannya. Batinnya mereka-reka bagaimana reaksi Nyoman Bagus setelah
membacanya.
Malamnya ketika dia membaca email balasan dari Nyoman
Bagus yang begitu pasrah dan rela
melepaskannya, serasa ada yang terserak dari hatinya.
Dia menangis tersedu. Astuti
meraupkan tangannya ke muka. Berharap ada satu cara, untuk membersihkan semua kenangan itu, sebersit perasaan yang selalu mengusiknya dari waktu ke
waktu, Terasa ada sesuatu yang mengaliri darahnya. Astuti merasa seolah terempas ke lorong waktu. Semua ini
terasa seperti dejavu, ya dulu Astuti pernah merasakan gundah
seperti ini, pedih seperti ini, ketika akan memisahkan dirinya dari insan masa lalu yang harus terlupakan. Bahkan
dilupakan sejak pernikahannya. Ada perih mengiris hatinya. Sebutir air bening memburamkan
matanya yang dipaksanya untuk membaca email balasan.
Dear Astuti ...
Kalau itu yang terbaik buat hidupmu, keutuhan dan juga kebahagiaan keluargamu, saya hanya bisa ikhlas. Demi kebahagiaanmu karena bagi saya kalau saya bisa membahagiakan orang lain berarti saya juga bahagia.
Selamat jalan ombak , bercumbulah dengan pantaimu nan indah permai , karena memang disanalah tempatmu. samudra akan tetap samudra walau tanpa ombak .
Semoga hari-harimu membahagiakan, dan hapuslah saya dari hatimu, kalau itu yang kamu inginkan.
Selamat jalan Ombak , saya yakin hidupmu akan sangat bahagia di pantai permai
Kalau itu yang terbaik buat hidupmu, keutuhan dan juga kebahagiaan keluargamu, saya hanya bisa ikhlas. Demi kebahagiaanmu karena bagi saya kalau saya bisa membahagiakan orang lain berarti saya juga bahagia.
Selamat jalan ombak , bercumbulah dengan pantaimu nan indah permai , karena memang disanalah tempatmu. samudra akan tetap samudra walau tanpa ombak .
Semoga hari-harimu membahagiakan, dan hapuslah saya dari hatimu, kalau itu yang kamu inginkan.
Selamat jalan Ombak , saya yakin hidupmu akan sangat bahagia di pantai permai
Love
BE
BE
Ada sesuatu yang remuk di hati Astuti, dan pecahan-pecahannya menyebar ke seluruh tubuh, mengoyak hati dan perasaannya. Dipejamkannya
matanya menahan pedih. Dan segala keresahannya selama ini juga ikut memuncak,
meledak, hingga kesedihan itu tak tertanggungkan lagi. Hatinya
begitu pilu. Butir demi butir air mata pun mulai melelehi pipinya. Tadinya
dia mengira hatinya akan lega setelah
tahu Nyoman Bagus membaca emailnya. Nyatanya hatinya begitu terluka yang dia
sendiri tidak tahu apa sebabnya. Dicobanya menelpon ke handpone Nyoman tapi
ternyata tidak aktif. Hatinya semakin
sedih. Ada hampa yang begitu menyakitkan.
Kehilangan yang begitu menyesakkan.Ya dia tidak siap dengan keputusannya
sendiri karena sejatinya ia sangat
mencintainya. Setengah dari dirinya pun takjub dan terpana.
Baru kali itu ia menyadari betapa dalam perasaannya untuk Nyoman Bagus dan
betapa jauh hatinya telah jatuh. Dan
di setiap doa selesai solat tahajjud di sepertiga malam yang sunyi agar
dapat segera melupakan perasaan yang kian menekan, Astuti selalu terisak pilu.
“Samudra,
semoga kau dapat menemukan kembali Ombakmu. Ombak yang belum mempunyai
pantai, sehingga kau bisa bercumbu dengan ombak barumu, dipantai yang hanya
jadi milikmu. Bli, hari ini aku masih menangisimu” rintihnya sendu.
Bersambung
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar